Masuk 2014, Bacalah Ini



SBY. Ini lah yang mengawali saya membuat artikel sederhana kali ini. Orang yang pernah saya temui di Graha Widya Wisuda. Berbicara tentang ekonomi Indonesia. Dan memberikan satu buku bersampul biru dengan foto model dia sendiri berambut klimis: Pasti Bisa! SBY, Presiden RI pasca Megawati Soekarno Putri.
 
Salah satu kesalahan terbesar dalam hidup saya ada pada tahun 2009. Kala itu kali pertama saya dikenalkan pada celupan tinta pemilu. Pemilihan presiden. Saat itu saya memilih SBY, dengan opini, "ah, pasti SBY terpilih lagi. Toh, 5 tahun nggak bisa semudah itu memperbaiki Indonesia. Nama dia juga masih baik sampai saat ini."

Sayang, saya termakan pencitraannya selama ini.

Yang saya tahu, dulu, citra SBY naik karena dikabarkan terkucil oleh mentri2 kabinet Megawati. Terutama isu didzolimi oleh Taufik Kiemas. Saya simpati, bagaimana mungkin dia dimusuhi oleh rekan2nya sendiri. Ternyata, saya baru tau. Ini manuver politik SBY, mencari perhatian rakyat. Dari beberapa artikel yang saya baca, saya meyakini SBY adalah salah seorang politikus dari militer yang bermain menusuk dari belakang.

Sejak jaman Soeharto, SBY meminta Wiranto untuk mengkudeta Soeharto. Hal ini tidak lain agar SBY menjadi Pangab. Pemimpin tertinggi Abri. Ternyata Wiranto tak cukup nyali untuk melakukannya. SBY mengatakan seniornya itu penakut. Lengserlah Soeharto oleh kaum reformis, terutama mahasiswa. Momentum ini diambil oleh SBY dengan mengatakan dirinya sebagai ABRI yang reformis.

Jaman Habibie, SBY mendukung jejak pendapat ttg timor leste, akhirnya Timor leste lepas dari Indonesia. SBY menyalahkan Habibie. Lengsernya Habibie, Gusdur naik. Cucu KH. Wahid Hasyim tersebut sangat percaya kepada SBY dan menjadikannya mentri. Saat masa kritis, SBY meyakinkan Gusdur bahwa dia akan membantu Gusdur melobi kunci2 politikus. Tapi, sayang, tak ada yang dilakukannya. Gusdur merasa dikhianati oleh SBY, karena loyalitas. SBY digantikan Agum Gumelar.

Zaman Megawati, SBY diberikan jabatan Menhankam. Tapi apa yang dilakukannya? Nothing. Dia malah dikenal sebagai kementrian rapat dan seminar. Bahkan kerusuhan poso dan aceh hanya dilakukan dengan rapat selama berbulan2. Orang di Ambon sudah bosan saling membunuh. SBY masih rapat dan minta disorot televisi. Tidak percaya? Cari sendiri artikelnya. Ini fakta yang mudah ditemui.

Dan SBY menjadi presiden dengan harapan, "jika jendral reformis memimpin negara, Indonesia akan seperti zaman soeharto. Tapi semua orang bebas berpendapat." Omong kosong! Kebebasan berpendapat apa lagi yang kita harapkan sekarang? Saat media-media disetting secara politik. Diam-diam menyuarakan kebohongan. Televisi satu punya partai satu. Televisi dua punya partai dua. Dan seterusnya.

Entah prestasi apa yang diperoleh oleh SBY saat ini yang bisa saya banggakan ke negara lain, selain gelar "Sir" yang didapatnya dari Ratu Elizabeth. Cukuplah kita ketari-ketir saat ini. Melihat kisruh politik yang tak berkepanjangan. Cukuplah KPK dibuat jadi main-main dengan pilih tebang. Cukuplah semua kebohongan ini.

Negara multi-partai yang kita anut saat ini sangat mahal ongkosnya. Padahal kerjaanya lebih banyak jetuhkan sana jatuhkan sini. Raih simpati sana raih simpati sini. Kampanye di media-media mahal biar bergengsi. Sembako murah saat giliran pemilu saja. Selebihnya lebih banyak untuk rapat-rapat di hotel-hotel mewah. Luar Biasa! Kalau kalah pemilu, jarang sekali legowo. Banding sana-banding sini. Mantap sekali.

Kita butuh presiden yang cekatan, bukan presiden yang kalau ada masalah malah curhat ke masyarakatnya. Kita butuh presiden yang tegas mengambil langkah strategis dari pada menunda-nunda dengan rapat sampai berbulan-bulan. Saya mengerti SBY orangnya sangat hati-hati, tapi ini hati-hati yang keterlaluan. Jadi seolah-olah, yang menyelesaikan masalah bukanlah pemerintah, tapi waktu. Sampai orang-orang bosan menanyakannya lagi.

Kini kurang dari 1 tahun lagi SBY akan memimpin Indonesia. Setelah saya pikir-pikir, itulah alasan dia menjabat lagi menjadi ketua partai demokrat. Karena setelah lengser, tak ada lagi pekerjaan yang pas untuk dia. Padahal aneh sekali di Indonesia kalau ada presiden sekaligus mengurus partainya. Kini apa yang dilakukan SBY? Disatu sisi dia minta agar menteri fokus dengan urusan negara, di sisi lain dia sibuk mencopot menteri-menteri dan digantikan oleh kader-kader demokrat. Wow, tidak heran pemerintah kita akan menjadi pemerintah demokrat.

Sepuluh tahun kita dipimpin oleh presiden yang cacat secara personil, apakah memang begitu lulusan-lulusan militer kita? Saya pikir tidak. Dan entah kenapa sampai saat ini saya tidak percaya lagi dengan politikus jebolan militer. Saya lebih percaya mereka yang berasal dari masyarakat sipil.
Tahun 2014 akan segera masuk. Partai mulai berseliweran mengambil simpati masyarakat. Dan saya tidak menyangkal kalau masih kebanyakan masyarakat kita yang gagap politik. Baru dibisikkan sedikit dan dikasih indomie 2 bungkus, rela memberikan hak suaranya pada politisi yang tidak dia ketahui asal-usulnya.

Tahun 2014, saya berharap JK akan maju lagi menjadi calon presiden RI. Saya yakin, JK punya banyak jalan keluar. Tapi, entahlah, hingga saat ini beliau belum memiliki keinginan untuk maju dan berkendaraan politik.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Instagram

Populer

Kategori

AEC (6) Aksel Zoo (3) Asean (2) bima (1) buku (3) CAFTA (2) cerpen (4) cool (1) curhat (5) election (1) Experience (17) Filsafat (2) fotografi (5) history (2) hobby (7) Ilmu (2) indah (1) indonesia (13) industri (4) inspirasi (18) islam (3) joke (1) Kebudayaan (12) kenangan (1) kritisi (22) Leadership (20) mahesa (17) marketing (3) Moral (49) movie (1) pendidikan (4) Pergerakan (14) photography (1) pilpres (2) politik (1) prinsip (12) quote (4) sejarah (4) share (71) Shuttlers (1) thailand (13) tokoh (3) travel (4)

Pengunjung

Pengikut