Tahun Politik di Kejenuhan Politik



Well, lima tahun sekali. Ini Pilpres KETIGA yang akan saya lalui semasa hidup saya. Sebenarnya tidak ada yang spesial dengan Pilpres. Menurut saya. Karena bagaimanapun, siapapun Presiden-nya, negara akan berjalan sebagaimana mestinya. Ya itu, menurut saya. Bisa jadi salah, bisa jadi benar. Karena, sampai dengan saat ini Indonesia masih tetap ada dengan dilematika sistem demokrasinya.

Jujur saja saya agak malas memilih di tahun ini. Bukannya apa, karena saya merasa jenuh dan tidak menemukan figur yang pantas untuk dipilih. Ini kan paslon yang sama dengan 5 tahun yang lalu. Hanya ganti ekornya aja. Dulu Ada Hatta dan JK. Sekarang dengan orang yang beda, dengan drama-drama politik yang lucu. Hehe. Saya masih pangling ketika Mahfud MD nggak jadi dilamar. Memang hal yang biasa di dalam politik, tapi tetap menggelitik menurut saya.

Secara ringkas, perperangan politik tahun ini adalah soal: Lu suka nggak dengan kinerja Presiden terpilih 2014 atau kita kasih kesempatan lawan politiknya? Gitu sih. Ya, isu-isu politiknya berterbangan kesana kemari. Investasi tidak tepat sasaran lah. Isu agama (yang diantisipasi oleh paslon 1 dengan ditempatkannya seorang Kiai. Mwehehehe. Ucul.). Isu ekonomi. Isu energi. Isu lapangan kerja. Dan isu lainnya yang khas muncul santer di pergulatan pilpres.

Uniknya adalah banyak orang yang tiba-tiba muncul menjadi pengamat politik. Ejiye. Mau itu Mang Akbar penjual sate Bandung, Bu Imas pemilik warung kelontong, Pak Ihsan tukang sol sepatu. Pak Darmaji yang suka menyapu jalanan umum. Bang Rudy yang pengangguran. Cak Untung yang biasa rokok di bawah pohon ketapang. Semuanya mengungkapkan pandangan-pandangannya sendiri. Ini sebenarnya ide dasar demokrasi. Iya, ini. Tapi, eits, hati-hati, jangan sampai di bawa-bawa setelah Pilpres loh.

Iya, saya tidak menemukan sosok yang pantas untuk dipilih. Emang apa sih bagusnya Prabowo untuk saya pilih, toh Jokowi sudah membuktikan dengan mambangun banyak infrastruktur YANG TIDAK PERNAH dilakukan oleh Presiden-presiden pasca Reformasi 98. Juga kenapa saya harus memilih Jokowi yang tidak bisa membuktikan perbaikan ekonomi Indonesia? -Saya yakin jika ada Pendukung Jokowi baca ini, pasti akan komentar, "Lo nggak bisa lah minta semuanya instant!". Bahahaha. Lovers gonna love. Haters gonna hate.

Terus lo akan golput tahun ini? Nope. Saya sudah memutuskan akan memilih. Tapi dengan fokus cara pandang yang berbeda. Bukan melihat figur. Tapi melihat partai pendukung di belakangnya. Saya rasa itu lebih bijak, karena sipapun yang terpilih, kebijakan politik (cara instan pengambilan keputusan) tentu ditentukan oleh orang-orang di sekitarnya. 

So stay calm guys. And vote for Indonesian President on April 17th 2019.

Regards,
AFB

0 komentar:

Posting Komentar

 

Instagram

Populer

Kategori

AEC (6) Aksel Zoo (3) Asean (2) bima (1) buku (3) CAFTA (2) cerpen (4) cool (1) curhat (5) election (1) Experience (17) Filsafat (2) fotografi (5) history (2) hobby (7) Ilmu (2) indah (1) indonesia (13) industri (4) inspirasi (18) islam (3) joke (1) Kebudayaan (12) kenangan (1) kritisi (22) Leadership (20) mahesa (17) marketing (3) Moral (49) movie (1) pendidikan (4) Pergerakan (14) photography (1) pilpres (2) politik (1) prinsip (12) quote (4) sejarah (4) share (71) Shuttlers (1) thailand (13) tokoh (3) travel (4)

Pengunjung

Pengikut