Al-Ma'tsurat on Hand |
Yang kita dengar adalah yang kita pikirkanBelakangan ini, gw semakin memahami, kenapa disiplin itu sangat penting. Dan kenapa disiplin itu menjadi salah satu poin penilaian recruitment di perusahaan. Ternyata disiplin itu mahal kawan. Mahal. Sekali lagi, mahal.
Yang kita pikirkan adalah yang kita ucapkan
Yang kita ucapkan adalah yang kita lakukan
Yang kita lakukan adalah yang kita biasakan
Yang kita biasakan adalah yang kita biarkan
Yang kita biarkan adalah yang menjadi karakter.
Terlalu banyak orang jenius di dunia ini. Terlalu banyak orang dengan IP tinggi di dunia ini. IQ yang tinggi. Prestasi segudang. Semuanya. Banyak sekali. Tapi, tidak banyak orang disiplin di dunia ini. Disiplin sepantaran Moh. Hatta. Pahlawan yang benar-benar mematok hidupnya dengan waktu.
One day, saat Hatta sedang menjadi tahan politik di Banda Neira, beliau menghabiskan waktu dengan membaca buku, dan mengurangi aktivitas politiknya. Belia biasa menikmati pemandangan alam banda yang begitu mempesona. Setiap hari, Hatta mengatur waktunya, bangun subuh, menyiapakan sarapan, membaca majalah/buku 1 jam, berbicara dengan Sutan Sjahrir, menuliskan kuliah ekonomi/surat, dan berjalan mengelilingi perkampungan.
Ada suatu pematangan yang biasa Hatta lewati setiap hari. Begitu disiplinnya Hatta, bahkan waktu yang harus ditempuhnya pun dibuat sama. Para petani menjadikan Hatta sebagai jam pulang, "Hatta telah datang, berarti sekarang sudah jam 5." Begitulah emasnya disiplin.
Menurut gw, rajin itu hanya salah satu unsur dari disiplin. Disiplin itu tingkatannya lebih tinggi lagi. Kayak Iman dan Taqwa. Taqwa lebih tinggi daripada iman.
* * *
Meskipun ini memang bukan kewajiban, tetapi disunahkan. Bukankah kita diperintahkan untuk meneladani Rasulullah? Tentunya, membaca Al-Ma'tsurat adalah hal yang baik. Jujur, gw memang belum mencapai tahap disiplin, karena masih banyak hari gw yang bolong membaca Al-ma'tsurat. Yeah, I'll try better again.
Membaca Al-Ma'tsurat dan menjaga hal-hal sunnah lain adalah salah satu cara Rasulullah mengajarkan kepada umatnya tentang kedisiplinan. Disiplin itu sangat penting. Ketika amalan sunnah kita terjaga, insya Allah amalan wajib akan terjaga. Ini terjadi di atas kesadaran kita sebagai seorang hamba yang merasa perlu Tuhannya. Allah Azza Wa Jalla.
Kemudian, apa namanya ketika seseorang yang tidak menjaga (sering khilaf) menjaga amalan, bahkan amalan wajib, tiba-tiba semangat melakukan amalan sunnah. Memimpin Al-'Matsurat. Berkoar-koar mengingatkan piket kebersihan. Membangunkan shalat subuh dengan teriakan-teriakan sumbang. Padahal di hari-hari lainnya jarang muncul. Mereka yang seperti ini justru merisihkan orang lain. Istilahnya angin-anginan.
Memang sih, tentang ibadah dan niat itu urusan kita dengan Allah. Tapi, bakalan terlihat oleh manusia kok, karena janji Allah akan menaikan derajatnya. Bukankah disiplin juga berarti ilmu, bahkan jauh dari itu, mereka yang memahami dalam-dalam tentang ilmu, sadar, mengamalkan, dan mempertahankan. Makanya, jelas terlihat, orang yang disiplin dan hanya angin-anginan. Mereka yang disiplin, ketika mengingatkan pasti akan jauh lebih didengarkan, daripada yang hanya angin-anginan.
Wallahu'alam.
Kita hanya saling mengingatkan saja. :)
konsisten memang hal yang paling sulit.. Allah memang paling tau sifat manusia, karenanya Allah tidak mewajibkan manusia mengerjakan sesuatu yang banyak... walaupun sedikit tapi terus menerus, lebih Allah sukai... :D
BalasHapusNice post, fa