Ya Tuhan, Siapakah Jodohku?

Doc. Google
Ketika kita memahami arti dari kata qadha dan qadhar, kita tidak akan berbelit-belit menjawab pertanyaan ini. Jodoh itu di tangan Tuhan. Terakhir ada yang menambahkan, manusia hanya berusaha. Saya pikir, saya kurang setuju dengan ungkapan ini.

Ketika kita berbicara tentang jodoh, maka tak lepas kita akan berbicara tentang mahabbah. Ialah sebuah ungkapan rasa suka atau perasaan yang lahir dari hati terhadap pasangan lawan jenis. Di dalam agama manapun, tak ada sebuah pernikahan yang didasarkan oleh sebuah paksaan (jika Anda menemukannya, mohon beritahu saya).
 
Sering kita mendengar cerita tentang perjalan cinta manusia. Dalam pandangan mereka yang liberal (mungkin kata ini pas), pacaran adalah cara yang tepat untuk mencari jodoh itu. Padahal, tidak selalu berujung dalam sebuah ikatan cinta yang diridhoi Allah, ialah ikatan perkawinan.
 
Manusia condong untuk mencintai lawan jenisnya. Inti dari menikah adalah menjadikan pasangannya halal baginya, dan Allah meridhoi. Begitupun dengan pacaran, cinta yang bergejolak di antaranya memancing keinginan untuk memiliki. Dalam hal ini, saya menekankan keinginan untuk memiliki dan menjadi yang halal (hak), apa bedanya? Lalu, satu pertanyaan saya, betulkah Allah Ridho?
 
Pacaran, menurut mereka, ingin mengenali lebih jauh bakal pasangan mereka. Koreksi kata-kata saya kalau ini salah. Bahkan mereka yang masih mengenakan seragam putih biru, rentan terjebak dengan kata pacaran ini. Kalau saya boleh beranalogi, saat mereka berpikir hal yang sama, berarti mereka sudah memikirkan hal yang jauh: Pelaminan. Padahal, pada umur belia ini, bukanlah waktu bagi mereka memikirkan keturunan. Masih banyak prestasi-prestasi lain yang harus dikerjakan. Oleh karenanya, saya berkesimpulan, bukan itu yang mereka pikirkan, tetapi hanya rasa ingin memiliki saya. Saya rasa, anda setuju dengan ini.
 
Tetapi, pacaran kan bisa menambah prestasi, menjadi kita lebih semangat. No, no, no, I said no. Based on my experience, pacaran hanya menguras otak dan perasaan saja. Saya pikir, mereka yang tidak pacaran bakalan jauuuh lebih berprestasi. Nggak ada beban kalau ada masalah dengan pasangannya. Itulah semerdeka-merdekanya kawula muda.
 
Menurut saya, jodoh tidaklah harus dicari sejak dini. Karena Allah sudah menyiapkan cara terbaik mempertemukan hamba-hamba-Nya dalam ikatan sehidup semati. Apalagi dalam usia belia, belum saatnya menikah. Nah, berbeda lagi kalau pasalnya mereka yang sudah siap untuk menikah. Setelah bertemu dengan orangnya, ndak usah basa-basi, lamar aja langsung ke wali atau orang tuanya. Urusan ditolak atau nggak, itu mah belakangan. Yang penting Anda sudah siap lahir dan bathin, dan Allah mencatatnya sebagai amal kebaikan.
Mencari jodoh itu, ndak susah kok. Ingat kata-kata ini ga? Lelaki yang baik, pasti akan mendapatkan wanita yang baik juga, begitu pula sebaliknya. Jadi sejauh mana tingkat keimanan kita, sejauh itu pula Allah telah menulisnya di Lahul Mahfudz.

Allah pasti punya cara mempertemukan mereka. Hanya saja, sudahkah kita percaya bahwa Allah akan memberikan pasangan terbaik? Allah Maha Adil kok, kita semua sudah ada pasangannya masing-masing. Jika kita masih melanjutkan pacaran, tidak bedanya kita tidak percaya kepada Allah. Karena, kita lebih percaya dengan cara kita menentukan jodoh sendiri. Padahal, rencana Allah itu pasti jauh lebih indah dari rencana manusia siapapun. Tidak terkecuali.
 
Jadi, siapakah jodoh kita? Simpan rasa penasaran itu, ceritakan pada pasangan sehidup semati Anda nanti. Ceritakan, bahwa rasa penasaran itu yang membimbing Anda menemukannya. Sungguh mengandung cinta kata-kata penantian itu. Kita setia kepada mereka. Tidak untuk dicoba-coba dengan pacaran.

Wallahu'alam.
Kebenaran hanya milik langit. :)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Instagram

Populer

Kategori

AEC (6) Aksel Zoo (3) Asean (2) bima (1) buku (3) CAFTA (2) cerpen (4) cool (1) curhat (5) election (1) Experience (17) Filsafat (2) fotografi (5) history (2) hobby (7) Ilmu (2) indah (1) indonesia (13) industri (4) inspirasi (18) islam (3) joke (1) Kebudayaan (12) kenangan (1) kritisi (22) Leadership (20) mahesa (17) marketing (3) Moral (49) movie (1) pendidikan (4) Pergerakan (14) photography (1) pilpres (2) politik (1) prinsip (12) quote (4) sejarah (4) share (71) Shuttlers (1) thailand (13) tokoh (3) travel (4)

Pengunjung

Pengikut