Mahesa #6 Gema

 
Di salah satu sudut kota Bangkok yang masih larut dalam hening, Pad menelusuri setiap persegi lantai stasiun. Tampak lantai ini sudah basah oleh air hujan sejak pagi. Mungkin petugas kebersihan hari ini terlambat masuk. Atau memang dibiarkan sedikit basah untuk menjaga kesegaran udara di sekitar stasiun.
 
Hualamphong, bisa dikatakan stasiun kereta pusat di Thailand. Ia menjadi titik awal keberangkatan kereta, baik ke utara maupun selatan. Mungkin bisa disandingkan dengan stasiun Jakarta Kota di Indonesia. Stasiun yang sudah berdiri sejak lama ini, masih tetap mempertahankam ke-khas-an bangunannya.
 
Bendera kuning lambang kerajaan nyiur-nyiur melambai. Tidak kurang sebanding pula jumlah bendera kebangsaan mereka terhempas tegar melawan arus angin. Bendera ini hampir mirip dengan  yang dimiliki oleh Kostarika. Mungkin tidak semua orang Thailand mengetahui itu. Bahkan mereka lebih suka mengidentikkan dengan kombinasi warna bendera milik Britania Raya.
 
Seperti halnya sang saka merah putih milik Indonesia, bendera Thailand juga memiliki nama. Thong Trairong. Atau bendera tiga warna. Bendera ini memiliki lima jalur, merah-putih, biru, dan putih-merah. Yang secara historis bermakna negara, agama, dan raja.
 
Jika memutar kembali sejarah masa lalunya, bendera Thailand cenderung lebih monoton. Mereka pernah memiliki bendera berwarna Merah polos dengan chakra atau gajah di tengahnya. Kemudian dianggap kurang menyesuaikan zaman, diubahlah menjadi lima jalur dengan masih bernuansa merah. Mungkin karena tidak ingin diasumsikan sebagai negara yang menganut paham komunis semacam Vietnam dan China, lantas mengubah warna jalur tengahnya menjadi biru. Sesuai dengan warna hari kelahiran Rama VI, sang pelopor nasionalisme Siam, Vajiravudh Phra Mongkut.
 
Pad memeriksa kembali nomor kereta yang tertera pada tiketnya. Ah, nomor 135 sudah datang, pikirnya dalam hati. Dia memang sengaja mengambil kereta spesial ekspres pagi-pagi agar bisa melakukan hal lain sebelum janji pertemuannya jam 10. Seperti biasa, dia hanya mengenakan bedak seadanya jika dibandingkan dengan masyarakat Thailand pada umumnya. Hari ini ia mengenakan pakaian safari, tidak lupa kamera Fujifilm XE2 menemaninya. Ia tak lebih seperti seorang pelancong biasa.
 
Duduk ia kepada kursi yang hadap berhadapan. Jelas masih banyak kursi yang kosong di setiap gerbongnya. Mereka akan naik di stasiun lain yang akan dilewati jadwal kereta ini. Penumpang yang melakukan perjalanan tidak terlalu jauh hanya akan diberikan standing ticket, seperti halnya Pad. Namun, mereka diberikan kebebasan memilih tempat duduk dimana saja selagi kosong.
 
Peluit pun ditiupkan lantang. Kereta mulai bergerak sesuai dengan komando petugas stasiun, tepat dengan jadwal keberangkatannya. Pad menghela napas, kini sudah pukul 6.40, sejak 15 menit ia duduk menanti. Deru mesin sayup-sayup terdengar. Terganggu dengan itu, ia mengeluarkan headset dan telepon genggam dari saku celana jeansnya. Pandanganya terlempar pada jendela kereta. Ia mulai menikmati angin yang menghempas wajahnya dengan poni yang sedikit terurai.
 
Perjalanannya kali ini tiada lain karena tugas. Pad sebenarnya adalah seseorang yang selalu ingin bebas. Hakikat manusia pada umumnya. Gaji yang ia terima untuk setiap liputan sebenarnya tidak terlalu besar. Cukup, tetapi tidak terlalu berlebih. Sehingga kadang dia harus menabung atau membuat liputan tambahan untuk membeli sesuatu hal lain yang ia inginkan.
 
Kecintaannya kepada jurnalis tidak lebih karena ia bisa menjadi pribadi yang bebas. Ia berhak melakukan apa saja yang ia inginkan, asalkan bertanggung jawab. Begitulah prinsip hidup yang ia pegang sejak remaja. Namun, kehadiran Ali di kantornya sebagai pimpinan redaksi membuatnya agak merasa canggung belakangan ini. Seorang perfeksionis yang sengaja dipilih oleh pimpinan umumnya untuk mendongkrak kualitas surat kabar lokal.
 
Kereta sudah jauh dari kota, deru mesin semakin terdengar sebab kecepatan yang bertambah. Pad semakin jauh melemparkan pandangannya. Jauh-jauh ke arah padang ilalang yang bergoyang seirama dengan arah angin pagi itu. Pikirannya seakan memutar kembali informasi-informasi penting yang ia terima dari pimrednya kemarin malam.
 
~ ~ ~

"Sebaiknya kalian bentuk tim, tiga atau empat orang untuk menyelesaikan proyek ini. Sebisa mungkin kumpulkan segala macam informasi yang berkaitan. Mungkin tidak mudah, tetapi saya mau yang tidak pernah didapatkan bahkan didengar oleh yang lainnya. Untuk itulah, proyek ini kita buat untuk mengisi liputan khusus di surat kabar kita."
 
Tidak disangkal, Ali memang menarik. Perawakannya yang tinggi, wajah persegi yang menggambarkan ketegasannya. Dagunya sedikit terbelah, cerminan dirinya yang romantis, rambut tipis sengaja ia sisakan di bagian jambang yang tersambung dengan janggutnya dan kumisnya. Ia tidak pernah main-main kalau soal profesionalisme. Sudah hampir tujuah tahun ia bergelut dalam dunia jurnalistik. Kini umurnya baru hampir menginjak kepala tiga, namun dia sudah dipercayakan menjabat sebagai pimpinan redaksi.
 
Banyak wanita yang menaruh hati kepadanya. Terlebih saat tidak ada satu jari wanita pun yang ia ikat dengan cincin atau pun kalimat sakral di depan penghulu. Tetapi, Ali hampir tidak pernah menemukan wanita yang ia idamkan.
 
Pad memperhatiakan kalimat demi kalimat yang ia ucapkan. Pena menari-nari oleh lentik jemarinya.
"Besok berangkat lah ke Ayutthaya. Pad."

Ia menyebut namanya, tanpa menoleh.

"Engkau yang memimpin proyek ini."

Suara itu menggema hingga ia duduk mengenakan headset kesayangannya. Lantunan musik jazz membuatnya semakin larut dalam lamunan.

5 komentar:

  1. Hualamphong, Vajiravudh School, ahh I miss those places so bad! It's been two years. I went there in 2012.
    Datang ke Vajiravudh School Kak. Arsitektur sekolahnya keren, siswa-siswa nya pun, all boys school :D

    BalasHapus
  2. nice juga kata-kata "kebenaran hanya satu menjadi banyak karena telah diartikan"

    BalasHapus

 

Instagram

Populer

Kategori

AEC (6) Aksel Zoo (3) Asean (2) bima (1) buku (3) CAFTA (2) cerpen (4) cool (1) curhat (5) election (1) Experience (17) Filsafat (2) fotografi (5) history (2) hobby (7) Ilmu (2) indah (1) indonesia (13) industri (4) inspirasi (18) islam (3) joke (1) Kebudayaan (12) kenangan (1) kritisi (22) Leadership (20) mahesa (17) marketing (3) Moral (49) movie (1) pendidikan (4) Pergerakan (14) photography (1) pilpres (2) politik (1) prinsip (12) quote (4) sejarah (4) share (71) Shuttlers (1) thailand (13) tokoh (3) travel (4)

Pengunjung

Pengikut