Urgensi Pemuda Islam dan Sejarah

 
“Posisi duduk saya sudah sangat tepat. Meja yang ada di depan saya ini, tinggal ditendang kedepan, kemudian mengeluarkan senjata dari dalam ransel saya untuk menembak habis semua kalian. Jangan coba-coba tidur!”
-Agung WS Warsono-
Apa yang menjadi bahasannya, ada benarnya juga. Bagaimana mungkin seorang pemuda Islam begitu loyonya? Baru saja duduk dan mendengarkan seorang nara sumber berbicara, fokus sudah kemana-mana. Memang begitu bukan? Bahkan dibangku-bangku kuliah, kita sering mendapati hal yang sama. Padahal bukanlah apa yang dituntutnya, Ilmu! Sedangkan ilmu, menjadi syarat wajib yang harus dituntut seorang muslim, termasuk saya.

“Heh, mas. Bendera merah putih yang Anda pasang di emblem Anda, saya pertanyakan!” Orang ini benar-benar hasil didikan militer, “Jangan pernah memasang bendera merah putih, kalau Anda belum pernah mengetahui batas-batas wilayah negara ini! Apalagi terjun langsung dalam aksi bela negara!” Di ranselnya, tiada bendera merah putih yang dikenakan. Melainkan putih cokelat. “Saya tidak mau mati konyol, merah putih terlalu mencolok dan menjadi sasaran tembak di perang gerilya.”

Betul juga apa yang disampaikannya. Dalam surat Al-qur’an yang sering kita lafadzkan, Al-Ashr, ada 3 poin penting yang harus dicamkan: nilai pribadi, nilai sosial, dan sejarah. Bahkan, berita tentang sejarah dikhususkan menjadi wasiat dalam kebenaran dan kesabaran. Sudahkah kita berwasiat kepada orang lain? Sebuah renungan baru bagi kita.

Siapa yang memegang kebenaran, maka ia akan berhadapan dengan pemegang kebathilan. Ini sudah sunatullah. Dimana-mana, hidup ini selalu berpasangan. Mungkin tidak perlu saya jelaskan lagi hal ini, saya yakin kita semua sudah paham. Maka, jika Anda merasa bahwa apa yang ada di dalam genggaman Anda adalah kebenaran, sedangkan tidak ada gesekan dari pihak lain yang terjadi, maka waspadalah, mungkin itu bukan sebuah kebenaran.

Seorang pemuda islam tidak dibatasi oleh waktu, pun ketika Ali bin Abi Thalib, Abul Hasan, masih dikenang sebagai pemuda Islam. Bagi Pemuda Islam, waktu adalah kehidupan (Al-Mulk: 2), ia bersifat terbatas. Ia harus dikelola dengan cermat. Dan tidak ada yang pernah tau ujung dan usia dari waktu itu sendiri. Ketahuilah, pekerjaan kita ini sebenarnya sedikit, tetapi tidak pernah selesai, karena terlalu banyak pengganggu.

Seorang pemuda Islam juga harus memiliki peran dalam berbangsa dan bernegara, dalam hal ini Anis Mata mengkategorikannya dalam 3 tahapan penting: Afiliasi, Partisipasi, dan Kontribusi. Afiliasi berhubungan dengan pemahaman kita terhadap islam secara menyeluruh. Sudahkah karakter, paradigma, dan mentalitas islam kita terbangun? Partisipasi berarti terjun langsung ke masyarakat untuk mengetahui kondisi sosial seperti apakah yang sedang kita hadapi? Dan terakhir, kontribusi, tentang kebermanfaatan sebagai seorang pemikir, pemimpin, profesional, atau pemodal.

Sudah terlalu banyak pemuda Islam saat ini. Tapi tidak banyak yang memiliki kapasitas sebagai seorang pemimpin muda yang berwawasan Islam. Pemuda islam harus belajar dari penolakan-penolakan dan pengecewaan-pengecewaan. Bukanlah sebuah jalan yang mulus dan terbentang luas. Pahamilah, cobaan bagi pemuda Islam tidak akan berakhir, sampai menghembuskan nafas terakhirnya.

Sejarah itu tidak pernah mencatat yang baik atau yang buruk, tetapi mencatat yang menang. Sudahkan kita menjadi pewasiat dalam kebaikan? Itu pertanyaan yag harus dijawab!

2 komentar:

  1. Fa, entah knapa kmarin2 baca tulisan ini berasa g terlalu meaning. Sekarang kok berasa ngejleb banget yak?!
    Do I? Have I?

    BalasHapus
  2. Hahaha. Iya, Chi, nara sumbernya emang Jleb.

    BalasHapus

 

Instagram

Populer

Kategori

AEC (6) Aksel Zoo (3) Asean (2) bima (1) buku (3) CAFTA (2) cerpen (4) cool (1) curhat (5) election (1) Experience (17) Filsafat (2) fotografi (5) history (2) hobby (7) Ilmu (2) indah (1) indonesia (13) industri (4) inspirasi (18) islam (3) joke (1) Kebudayaan (12) kenangan (1) kritisi (22) Leadership (20) mahesa (17) marketing (3) Moral (49) movie (1) pendidikan (4) Pergerakan (14) photography (1) pilpres (2) politik (1) prinsip (12) quote (4) sejarah (4) share (71) Shuttlers (1) thailand (13) tokoh (3) travel (4)

Pengunjung

Pengikut