Sebenarnya sih, gw merespon kata-kata teman gw: "Fa, lw seriusan amat sih! Santai dong" atau "Yaelah, Fa, namanya juga anak muda." Okelah, gw ngebahas sesuatu yang agak tempramen: Cinta...
Terlalu basi kalau gw bilang, "Nggak ada tuh definisi cinta". Zaman udah modern cuy, kalau menurut om Wikipedia "Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut."
Lw pernah dengar lirik ini ga?
Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yg biasa
pada suatu ketika yg telah lama kita ketahui
apakah kau masih selembut dahulu?
memintaku minum susu dantidur yang lelap
sambil membenarkan letak leher kemejaku
Kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih
lembah bandalawangi
kau dan aku tegak berdiri
melihat hutan-hutan yg menjadi suram
meresapi belaian angin yg menjadi dingin
Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika kudekap, kau dekaplah lebih mesra
lebih dekat
Apakah kau masih akan berkata
kudengar detak jantungmu
kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta
Jujur, gw seneng banget sama puisi yang dibacakan oleh Nicholas Saputra dalam film Gie ini. Ngerasa benar-benar ada yang berbeda dengan bait yang dibacakannya. Benar-benar seorang sastrawan yang nggak pernah mati karyanya. Meskipun gw agak nggak setuju dengan muatan cinta yang dibawanya. Yah, kontroversial sih.
Alright, gw ngebawa generalnya aja. Apa yang gw tau aja. Apa yang seala kadarnya aja. Dan apa yang gw yakini aja [nggak juga sih, soalnya gw bakalan masukin cara pandang yang berbeda nantinya]. Cinta itu emang fitrah seorang manusia. Gw katain, orang yang nggak ngerasain cinta, patut dipertanyakan status manusianya [lho? Apakah gw ngebuat sesuatu yang kontroversial lagi kah?]
Gw nggak bilang ini cinta antara dua sejoli ya, gw ngebahasnya untuk yang general aja dulu. Jadi, jangan tanya, "Kalau bayi yang meninggal beberapa detik setelah dilahirkan bagaimana?" Gw bakalan jawab lagi dengan pertanyaan, "Lw udah pernah nanya ke beliau belum?" Ya, guys, dia udah ngerasain cinta dari kehangatan seorang ibunya. Arti cinta yang dimaksudkan di sini didefinisikan dari perjuangan seorang ibu yang bahkan mempertaruhkan nyawanya demi anak tercinta. Bukankah cinta itu adalah pengorbanan?
Ada nggak sih orang yang nggak pernah ngerasain cinta? Ada tapi sebenarnya nggak ada. Orang-orang yang kayak begitu adalah orang yang nggak pernah menggunakan hatinya untuk merespon cinta di sekelilingnya. Hanya mengatakan, "Nggak ada yang peduli ama gw!" atau "Nggak ada yang sayang ama gw!" Jadi orang yang kayak gini, sebenarnya nggak percaya sama cinta.
Seeneg-eneg-nya gw, kepengen banget nimpuk tuh orang!Pertanyaan: gimana dengan pasangan dua sejoli?
Wah, berat yang ini guys! Gw kembaliin lagi, fitrah manusia emang pada dasarnya dikembalikan kepada cinta-Nya. Manusia diberikan sifat yang tidak jauh beda dari sang khalik-Nya.
jangan pernah bayangin Tuhan seperti manusia, dudul. Salah satu sifat Tuhan adalah Maha Penyayang, hal itu diturunkan kepada makhluk ciptaan-Nya, dalam bentuk yang jauh dari kemahaan-Nya. Jadi, jangan percaya kalau ada yang nge-gombal, "Sumpah ya, gw cinta lw lebih dari apapun!" Emang dia bisa nandingi Kemahaan Kasih Sayang Tuhan?
Ya, point-nya, perasaan suka itu emang hal yang fitrah dari manusia. Perasaan itu biasanya merupakan bentuk respon dari ketertarikan kita kepada lawan jenis [gw nggak ngomongin yang kelainan ya] yang memang paling sesuai dengan kondisi dan pola pikir si "pelaku". Pernah nggak sih lw ngerasain deg-degan di samping seseorang yang menarik hati kita? Nggak bisa belajar, bikin laporan, nyikat WC, markir motor, make sendal, ngunci pintu, baca blog orang, ngulek tomat, baca komik Narto, nonton Youtube, masak Mie, ngupil, reparasi remot TV, nyukur jenggot, bawa baju di laundry, ngomentarin kebijakan menteri (wedeh.... hobby gw nih, hehe...) atau sekedar gunting kuku karena mikirin si dia!
Cinta... Cinta... [pas nih, temanya monyet, hahaha]
Trend-nya, cinta itu harus selalu disalurkan, kalau nggak nyakitin banget! Ah, masak sih? Enggak juga tuh! Gw aja sampai saat ini buktinya masih hidup. Emang apa yang terjadi ketika cinta kita nggak dibalas sama si do'i? Uang jajan dipotong? Beasiswa macet kah? Nilai ujian jeblok kah? Atau sariawan di bibir bertambah? Enggak kan?
Gw nggak akan berbicara dalam konteks agama, karena jelas dalam agama Islam, lahan abu-abu yang bersifat makruh, harus dihindari. Bahkan kalau dikaji dalam konteks keterkaitannya dengan perzinaan, bentuk penyaluran ini (sebut saja pacaran) bersifat haram. Tapi okelah, gw lebih suka berdiskusi secara kontekstual, bukan ushul fiqh juga sih, tapi lebih kontemporer aja.
Alrait, kalau gw bilang, kebanyakan masyarakat muda menyalurkan bentuk cintanya dengan pacaran, sepakat ya? Trus, kalau kebanyakan orang yang melakukannya maka akan menjadi sebuah kebenaran. Apa iya? Voting dong? Kayak DPR aja. Padahal, enggak semua yang mayoritas lakukan itu adalah instrumen dewa, selaluuuuuu benar. Propaganda cinta yang akhirnya membentuk kemelut euforia pacaran.
Eiiits, wait... wait... jangan sampai lw bilang, "Ih, apaan sih? Lw bisa ngomong gt karena nggak pernah ngerasain pacaran!" Wedeeeh, salah telak, Gan. Gw juga manusia kali, bukan kingkong. Gw juga pernah ngerasain cinta, bahkan dalam catatan abu-abu gw, gw pernah pacaran. Sorry, hal ini terpaksa harus gw sebutin jg, meski agak membuat gw malu, semoga ada hal yang bisa lw ambil. Bukankah phoniex dalam cerita-cerita fiksi berasal dari burung yang rupanya buruk? Ok, yang pasti gw cuma mau menggaris bawahi, gw juga bukan manusia yang suci-suci amat, ada hal yang gw dapat yang harus gw share biar bisa lebih baik lagi.
Kalau ada yang bertanya: kenapa lw harus pacaran? Gw hafal banget jawabannya, kalau nggak karena memotivasi belajar, jawaban abstraknya sebagai bentuk curahan kasih sayang. Terus gw tanya lagi, emang gimana ceritanya sampai dia bisa memotivasi saat belajar? Ya... Dia ngasih SMS semangat gitu deh. Oalah.... Yang ada saat lw belajar, Kalkulus misalnya, jari lw akan lebih terangsang melakukan apa yang lw suka: SMSan sama si Do'i. Alhasil, terbengkalailah si kalkunyuk, esoknya lw ngisi lembar ujian hasil ilham dari teman (mencontek, red).
"Mencintai adalah bentuk curahan kasih sayang yang sumbernya dari Tuhan melalui dua pasang kekasih". O'o... Sejak kapan Mas lw tau kalau itu cinta dari Tuhan? Bisa jadi yang bisikin lw itu makhluk yang derajatnya lebih rendah dari kita (syetan, red).
Nggak kok, gw yakin banget dengan hati gw, ini kata hati gw banget. Oalah... Itu mah rasa suka, Mas. Bukan sayang/cinta! Apalagi ada istilah lof fo de firs' sait. Huhuhu... Itu rasa suka, rasa ingin memiliki, jadi wajar kalau lw kepikiran saat si dia nggak ada di dekat lw, ninggalin lw, atau nolak lw. Ya, sama aja kayak lw lagi ngebet banget sama motor XYZ, tapi lw nggak bisa dapetin. Kepikiran ama motor XYZ yang ketinggalan di rumah. Atau, itu motor udah ada yang punya. Kepikiran bangeeeet! Karena saat itu ego kita main saat itu: Ini orang harus jadi milik gw.
Berawal dari rasa ingin memiliki, naluri kita akan berlaku seenaknya. Udah tau bukan yang halal baginya, masih aja memperlakukannya selayak muhrimnya. Wah, gw sensor untuk lanjutan ini. Yang pasti, disadari ataupun tidak, ada hal yang dilarang oleh ajaran Islam yang sangat berpotensi dilakukan oleh sodara-sodara setelah melakukan yang namanya: Pacaran. Mulai dari zina hati, zina pikiran, hingga zina perbuatan. Naudzubillahi mindzaliq.
Sorry, gw nggak tau kalau dari sudut pandang agama lain, setau gw sama juga.
Trus, trus, gimana kalau gw suka sama orang tapi nggak harus memiliki, cukup ngeliat dia tersenyum, atau membantu saat dia kesulitan? Wah, kalau yang itu gw mah Wallahu'alam ya. Karena, ternyata banyak banget orang yang kayak gitu di sekitar kita. Namun yang pasti, yang bisa gw bilang itu rasa cinta, saat orang yang mengekspresikannya adalah orang tua kita, saudara kita, dan kerabat yang sudah tidak memiliki syahwat terhadap kita. Di luar dari itu, gw nggak jamin, termasuk apa yang gw rasain saat ini.
Mungkin, bagi yang merasakan hal itu, adalah ekspresi ketertarikan kita. Tapi gw nggak recommended banget buat di entry di ajang pacaran. (yaiyalah, dudul, konteksnya aja "cukup ngeliat dia tersenyum"). Kalau lw penasaran, kenapa nggak nikah aja sama tuh orang (sorry, dalam konteks ini gw nggak menggampangkan yang namanya pernikahan). Kalau lw nggak kuat! Dipaksa! Nggak kuat juga! Puasa lw! Nggak kuat Juga! Mati aja lw... hahaha. Nggak ding, maksud gw, pasti ada cara untuk melupakan si do'i. Cara yang paling efektif yang gw temuin, menyibukkan diri yang nggak ada atau berkaitan dengan si do'i. Itu efektif banget (yah... meskipun masih kepikiran juga saat ada kesempatan bengong, namanya juga setan, pasti kreatif).
Bukannya apa ya? Management perasaan itu ternyata sangat susah. Tau nggak? Ternyata management waktu itu jauh lebih mudah dari sekedar hitungan aritmatika anak kelas 2 SD. Yang salah itu adalah management perasaaan kita. Jika penyaluran rasa suka kita salah, ada yang salah dengan management perasaan kita. Dan itu memang tidak mudah, padahal itu yang akan mempengaruhi seluruh management kita.
Mendewasai perasaan cinta adalah suatu proses ketika kita mampu meleraikan rasa cinta yang menjadi hak dan bukan. Kenapa kita nggak menyalurkan perasaan kita untuk anak yatim? Fakir miskin? Sedangkan kita melakukan perbuatan yang nggak jelas, yang biasanya hanya duduk nongkrong, sambil ngobrol "lalalalala", nanyain "Udah selesai kuliahnya?" "udah ma'am belum?" atau "kamu sayang nggak sih sama aku?", terus pulang, sms-an lagi. Please deh, waktu lw abis karena pasangan lw yang lw bilang sebagai penyemangat belajar. Nggak produktif!
"Cinta yang hakiki hanya datang dari Tuhan. Cinta yang menerangi datangnya dari seorang lelaki pembawa pesan. Cinta yang murni hanya datang dari seorang ibu. Cinta yang bijaksana hanya datang dari seorang ayah. Cinta di atas takdir hanya datang dari dua orang yang telah melalui jalur hak, jalur pernikahan. Dan cinta sejati, hanya dari beberapa orang sahabat seidealis. Nggak pernah ada tuh tempat untuk cinta dari 2 orang yang pacaran."
Gw g pernah nyalahin cinta, karena gw juga hidup dari cinta. Hanya saja pintar-pintarnya kita menjadi manusia yang pandai menyimpan rahasia tentang cinta. Lw bisa bayangin nggak? Gimana rasanya saat orang yang menjadi pendamping hidup lw ternyata bukan si do'i yang kita pacarin? Apa kata pasangan lw? "Mas/Dek, kamu udah ngerasain cinta sebelum aku udah berapa kali?" Oh.... No.... Biasa aja! Enggak itu, nggak biasa, ketauan banget kalau lw nggak pernah bisa seutuhnya setia. Lain lagi saat lw berhasil menyembunyikan perasaan lw sampai akhirnya ada si do'i yang menjadi pendamping hidup lw lewat jalur pernikahan, karena rasa penasaran lw udah numpuk banget. Setia? gw jamin deh! [tapi nggak tau A'a gym ya... haha]
All, back to you, gw cuma menyampaikan kebenaran yang datangnya dari langit agar kita lebih berpikir.
[Baru nyadar ada monyet ketawain monyet, haha]
wah lu harus denger lagunya bram yg judulnya makna cinta ,, gw kasih link nya,, hahaa,,
BalasHapushttp://www.4shared.com/audio/2nJjzdG1/Bram_-_Makna_Cinta.htm
nb: bukan lagu alay lagi. hhee,, musiknya agak buat merinding,, tapi kerenn. karena ada makna cinta menurut ibu, sahabat, dan lain2
ikutan download ahhh
BalasHapuslink lagu alay2 dong fik,, :D
hweee..keren fa kata2ny..ahahaa
BalasHapusmksh krna tlah mnyadarknku stu hal.. :)
sering sariawan di bibir, itu lw banget Al hahha
BalasHapusNi orang Alay, pada di sini semua. haha
BalasHapusalay ngomong alay ni c alfa eh
BalasHapuschubby.. charra.. cimma hahhaa
masih kepikiran dengan nama Chimma. haha alay banget.
BalasHapus