Menyontek saat ujian |
Gw nggak pernah tau antonim dari kata menyontek (mencontek, red) itu apa? Jujurkah? Gw rasa bukan. Sebab, lawan kata jujur adalah berbohong. Mencontek itu lebih kompleks lagi, dude. Malah menurut gw hampir sama fatalnya ketika kita berbohong tingkat tinggi. Why? Kalau orang yang berbohong tingkat tinggi, contohnya pemalsuan data kenegaraan, dampaknya akan sangat sistemik, dan biasanya akan mengakibatkan suatu sistem dalam bangsa bergoyang, hingga hancur. Kalau mencontek, dampaknya juga akan sistemik kepada diri kita sendiri, karena kita nggak pernah mendapatkan manfaat dari apa yang kita contek, pure jiplak hasil karya orang lain, dan itu hina banget. Parahnya, banyak yang mencontek nggak pernah merasa terhina. Wallahu'alam, di mata Allah orang-orang yang seperti itu pasti terhina. Naudzubillahi mindzalik.
Semua orang bisa menyontek |
Ok, gw kembali ke topik bahasan kita tentang mencontek. Disadari atau tidak, ini sudah menjadi kebiasaan sebagian besar orang Indonesia. Mau itu mahasiswa, mau itu pelajar, mau itu pedagang, mau itu peneliti, mau itu pengusaha, mau itu seniman, bahkan pemerintah sekalipun terbiasa mencontek! Alhasil, muncullah Indonesia, negara 1001 masalah (katanya). Benarkah semua ini berawal dari mencontek? Gw yakin banget itu, yakiiiiiiiiiiiin banget! Makanya bagi lw yang mencontek, sebenarnya lw sudah menjadi penyumbang kehancuran buat bangsa kita.
Kasus Ujian Akhir Nasional yang mulai panas sejak tahun 2000an, membuat gw yang masih menginjak bangku SMP miris. Entah apa yang harus gw lakuin? Dalam hati gw mengumpat, "Bego! Ngapain lw ikutan nyontek? Nggak lulus juga apa salahnya?" Alhasil, gw pure mengerjakan sendiri, dengan hasil yang memuaskan. Beda halnya lagi saat gw SMU, lingkungan di sekitar gw yang menekan, dengan alasan, "Kalau mau jujur-jujuran, kita berani! Tapi kalau banyak sekolah yang curang (mencontek, red), mau nggak mau kita pake cara itu, meskipun kotor." Sebenarnya, bukan itu faktor pendorongnya, karena gw pas di SMP-pun merasakan hal yang sama. Tetapi, gw udah terbiasa dengan kata-kata mencontek, biasanya mencontek tugas yang diberikan oleh Guru (waktu itu kalau ngasih tugas selalu segambreng!). Alhasil, mencontek bukanlah hal yang tabu buat gw saat itu.
Menginjak bangku kuliah, gw mulai berpikir, "Ada yang salah dengan yang gw lakuin! Dan harus segera dijauhi" Ya, gw mulai berusaha dengan apa yang bisa gw lakuin saat itu. Susah emang. Banyak cemoohan dari sana sini, sok-sokan lah, sok pinter lah, sok suci lah, belagu-lah. Kalau katanya jendral Soedirman, "Revolusi harus diraih, meski sulit adanya" Ya, gw bertahan dengan kepercayaan gw. Sayangnya, itu hanya bertahan 1 tahun lebih, lebih tepatnya saat gw menginjak tingkat 2. Dengan amanah organisasi yang berlipat (bukan alasan sebenarnya, because not excuse for leader), gw sampai nggak sempat ngerjain tugas kuliah. Alhasil, tugas yang sifatnya individu selalu gw salin dari orang lain. Ini semakin parah, hingga akhirny gw mengambil resolusi pada hari ini juga untuk mengubah kebisaan itu secara bertahap (semoga yang membaca, bisa mengikuti!).
Tapi, syukurnya gw selama ini nggak pernah mencontek saat ujian (selain UAN SMU). Ini menjadi prestige tersendiri buat gw. Meskipun gw dapat yang terendah sekalipun, seenggaknya gw sudah menghargai diri gw sendiri ketimbang orang lain yang menyontek. Jadi mohon maaf, jika ada yang g gw kasih contekan saat ujian. Bukan bermaksud pelit, tapi gw juga bertanggung jawab di hadapan Allah nantinya. Selain itu, soal laporan praktikum gw, kalau dihitung-hitung sampai saat ini gw baru ngeliat master 5 kali (seingat gw sih... Semoga aja nggak nambah).Sorry-sorry, bukan prestige-nya yang mau gw tujukin, karena gw juga agak nggak konsisten, tapi gw mau nekanin: melawan arus itu susah banget, dude. Di saat lw bertekad buat nggak melakuin hal curang, lingkungan lw malah mendukung banget. Tapi emang gt keadaannya, nggak mudah untuk membuat perubahan itu.
Ada beberapa alasan bagi seseorang untuk berbuat curang, di antaranya: nyari aman, nggak belajar, gengsi kalau nilainya rendah, kepepet, atau yang paling sadis lagi: memperalat teman. Gw masih ingat banget, kalau kata guru gw dari SD dulu: "jangan nyontek, belum tentu temannya benar!" Wedeh, ini mah udah nggak mempan. Kalau yang gw liat ya, orang-orang yang mencontek (termasuk saat gw nyalin tugas), sangat percaya akan kerjaan teman gw, bahkan mungkin ada beberapa orang yang khilaf kalau Tuhan paling pantas untuk dipercayain, kecuali untuk orang yang berpikir sekuler banget (memisakan antara urusan agama dan urusan lainnya, red). Sekali lagi, gw tekanin, melawan arus itu susah. Susah banget!
Pernah dengar nggak? Mencontek itu cikal bakal dari korupsi. Ya, gw yakin, lw semua pasti tau lah.Gimana saat lw dengar kata itu? Mungkin biasa aja. Itu karena pas kita dengar tanpa pemahaman yang dalam. Coba ditelaah, kenapa? Ternyata, mencontek itu bukan cikal bakal korupsi, tapi benar-benar korupsi dalam skala besar buat kita. Nyadar nggak sih, kenapa ada orang yang mengorupsi sebesar 89.000.000.000 (nolnya sampai 12 noh)? Terus ada juga yang berhasil mengorupsi Rp. 1.000.000? Ada juga yang mengorupsi uang kembalian beli rokok ayahnya sebesar Rp. 500. Sebenarnya ini sama aja, karena mereka mengorupsi pada batas aksesibilitas mereka mampu mengorupsi. Bisa jadi tuh anak, kalau uang kembalinya Rp.89.000.000.000 dia akan mengambil seluruh uang itu (dengan asumsi mental korupsinya udah cukup kuat). Ini nggak becanda loh, karena pernah kejadian di salah satu teman gw, yang ngambil uang kembalian Rp. 1.000.000. Trus apa hubungannya dengan mencontek? Ya, jelas aja, karena mencontek adalah aksesibilitas yang mungkin bisa kita lakukan saat ini.
Negara yang lahir dari budaya mencontek, hanya akan mampu bermimpi besar. Beda halnya mencontek a la China, karena sebenarnya mereka menggunakan inovasi pemasaran, jadi gw lebih nyaman kalau disebut strategi pemasaran a la China. Negara yang masyarakatnya terbiasa mencontek, sebagian besarnya hanya NATO (not action, talk only). Menjulang tinggi mimpinya, tapi merubah sifatnya saja enggan.
Alright, gw akan menilik dari segi pandang kestrategisannya. Kenapa negara yang mayoritas masyarakatnya pencontek itu susah majunya? Look, orang yang mencontek biasanya hanya akan meng-copy paste dari yang ada. Maksudnya? Coba lw bayangin, kalau ternyata master yang le copas itu dibuat dari tahun 1991 dan masih dipake sampai sekarang. Udah berapa tahun kita nggak maju-maju? Come on, ini udah tahun 2011, berarti lw nggak maju-maju udah 10 tahun. Nggak ada ke-baru-an sama sekali. Bukan berarti gw nyaranin nyontek tahun terupdate ya. Sebab, jangankan saat lw ngopas apa yang ada sejak jaman dulu, orang yang belajar dari jaman dahulu tanpa diimbangi dengan jaman sekarang aja udah tertinggal banget! Apalagi saat menyontek!? Udah jadul banget, nyontek pula! Ini mah bukan lagi tertinggal namanya, udah parah banget! (hehe).
Gw juga bukan orang yang suci sih guys, karena masih dalam tahap melawan arus itu. Gw masih rentan, namanya juga anak muda (lho?). Intinya sih, gw cuma mau ngajak lw semua untuk membuat perubahan itu. Gw paling senang ketika ada orang yang hatinya menggebu-gebu untuk merubah Indonesia saat ini menjadi lebih baik. Terlalu banyak masalah bangsa ini yang harus kita selesaikan nantinya. Kalau nyontek aja nggak bisa kita tanggulangi, gimana mengurusi orang lain yang menyontek nantinya? Jangan-jangan yang akan diurusi oleh para pendemo adalah kita, karena kita nggak bisa menghilangkan budaya nyontek kita (yang nantinya bakalan jadi the great coruptor man this year). Jadi, apa artinya kita menggebu-gebu tanpa dilandasi pemikiran yang kuat dan membuat perubahan dari dalam diri kita? Ya, hitung-hitung kita berkontribusi dalam pencerdasan bangsa, meskipun belum bisa mencerdaskan orang lain.
Revolusi itu pasti adanya, meskipun itu sulit! Apa yang bisa kita berikan kepada pahlawan kita yang sudah merelakan nyawanya? Merelakan kenikmatan dunianya? Merelakan kerabatnya? Padahal kita hanya dituntut melanjutkan perjuangan mereka saja dengan otak yang diberikan Tuhan. Bukan kah dalam setiap agama juga dilarang hal menyontek? Pahamilah ajaran agama-mu dan amalkan dengan sebaik-baiknya. Gw yakin perubahan itu pasti akan terwujud, asal kita konsisten dalam mewujudkan kondisi lingkungan sekitar yang kondusif untuk tidak menyontek.
ada gak ya soal ujian yg gini : tuliskan semua yang kamu ketahui tentang pelajaran yang telah diberikan selama ini?
BalasHapuslebih adil untuk mengukur kemampuan,,
hhheeee,, maunyaa
ntar kertas jawabannya kosong fik karena ga ada yang tau hahhaa
BalasHapus