Kemerosotan Ilmu Pengetahuan (Kita)



Baru tadi, mendengarkan kajian Islam Pekanan, dari seorang Ustadz. Beliau tidak membahas materinya hari ini, karena tertarik dengan suatu tema yang disampaikan oleh salah seorang muridnya. Awalnya kami membahas tentang music, lama-kelamaan kami membahas tentang ilmu pengetahuan.

"Ada yang berbeda dengan mental belajar pelajar saat ini" katanya.
"Ane sempat iba melihat mahasiswa yang membaca kertas-kertas fotocopy itu" lanjutnya sembari menunjuk fotocopy-an slide mata kuliah Bisnis Internasional yang dipegang oleh salah seorang muridnya.

"Apa yang bisa didapatkan dari slide itu? Ane kalau lagi kuliah (beliau dosen, red) dpaling berat jika ada mahasiswa yang minta fotocopy bahan. Itu kan hanya pengantar saja, yang sebenarnya ada didalam text book. Baca itu!" katanya tegas.

Kami hanya mengangguk-angguk, fasih dalam mendengarkan setiap nasehat yang dikeluarkan -jujur saja, gw merasa terketuk juga dengan kata-katanya-. "Ane saranin, antum semua baca text book, bahasa Inggris, Wajib!" lanjutnya.

"Bahkan Imam Syafi'i sudah menghafal kitab karangan gurunya saat meminta untuk belajar kepada gurunya tersebut. Apa yang dikatakanyya? Murid harus lebih pandai dari gurunya!"

"Pelajar saat ini mengalami kemerosotan ilmu. Ane agak merinding juga mendengar bahwa Indonesia mempelajari yang malaysia pelajari 9 tahun yang lalu. Wajar saja, jika Jerman tidak pernah memperhitungkan Asean, apalagi Indonesia. Wong pelajarnya aja kayak gini. Kuno."

"Terus terang saja. Ane juga kaget ketika memerikasa disertasi yang hanya merangkum tinjauan pustaka tahun '61. Terbukti sekali kalau kita itu tertinggal. Padahal, textbook itu paling cepat mereview jurnal 3 tahun sebelumnya. Kalau tahun '61, jurnal tahun berapa yang di-review?" lanjutnya tegas.

"Antum kalau ada keinginan yang kuat, nggak ada yang nggak bisa. Setidaknya ada 7 tema buku yang harus antum kuasai untuk menjadi seorang future leader. Satu, buku tentang keprofesian, itu penting buat keahlian antum. Kedua, buku tentang sejarah. Ini tentang bagaimana membangun nasionalime yang berakar kuat. Jangan-jangan antum nggak tau lagi sejarah lengkap bangsanya sendiri. Negara ini nggak baru berdiri kemarin, udah lama dan banyak proses yang dijalaninya. Coba dibaca bukunya. Kemudian, buku tentang geografi. Orang di Jepang itu, bukan lagi peta Kota atau kecamatan yang ada di kepalanya. Tapi peta dunia. Ini soal ekspor. Kalau antum, jangan-jangan cuma tau Kampus-Bara (kantin di luar kampus gw, red) doang lagi?"

"Yang lainnya, tentang buku Hukum. Ane khawatir kalau kita nggak tau hak dan kewajiban kita di dalam legal formal, akan terjadi hal-hal yang berat, Akh. Jangan sampai hukum kita dikuasai oleh orang sosialis yang kurang bermutu. Sakral itu. Kemudia, Novel, orang luar itu kalau ada 2 buku yang selalu dibawanya: 1 buku keprofesiannya dan 2 buku novel. Karena novel ini tentang aspek psikologi seseorang. Ketika membacanya akan ada imajinasi yang menjadi inspirasi untuk memecahkan masalahnya."

Lama ustadz gw memberi nasehat, sepertinya membuat gw semakin bersemangat. Gw cuma pengen bilang, "Iya ada yang salah dan harus gw perbaiki." Ilmu pengetahuan adalah tanggung jawab kita, jangan sampai ilmu pengetahuan kita semakin mengkerucut, karena seyogyanya ilmu pengetahuan haruslah melebar. Itu pun kalau mau bangsa kita melebar.

*Oh iya, ustadz gw baru nyebutin 5 ya? Soalnya tadi kepotong, jadi nggak dilanjutin. hehe. Ntar gw tanyain lagi deh. (penasaran jg).



1 komentar:

 

Instagram

Populer

Kategori

AEC (6) Aksel Zoo (3) Asean (2) bima (1) buku (3) CAFTA (2) cerpen (4) cool (1) curhat (5) election (1) Experience (17) Filsafat (2) fotografi (5) history (2) hobby (7) Ilmu (2) indah (1) indonesia (13) industri (4) inspirasi (18) islam (3) joke (1) Kebudayaan (12) kenangan (1) kritisi (22) Leadership (20) mahesa (17) marketing (3) Moral (49) movie (1) pendidikan (4) Pergerakan (14) photography (1) pilpres (2) politik (1) prinsip (12) quote (4) sejarah (4) share (71) Shuttlers (1) thailand (13) tokoh (3) travel (4)

Pengunjung

Pengikut