Duduk merapat di sebuah kursi sofa bulukan, Alfa kecil yang dulu lebih dikenal Abang melipat sampul depan sebuah novel. Heart. Entah apa yang menjadikan Abang kesetanan membaca sebuah roman cinta, padahal ia masih kecil. seharusnya belum mengerti cinta-cintaan orang dewasa.
Heart adalah satu-satunya roman cinta yang membuat saya menangis. mungkin terlalu idealis, tetapi benar-benar menyentuh hati. Di kala kecil pun saya menyadari bahwa alur ceritanya begitu sederhana. Namun, justru kesederhanaan dan flashback-nya ini yang menjadikan heart sebagai roman cinta terbaik yang pernah saya baca.
Kisah Farel dan Rachel yang menjadi sahabat sejak kecil benar-benar membuat saya iri. Sebuah latar asri yang disampaikan dalam cerita benar-benar sebuah suasana yang nyaman. Rachel yang tomboi, dan Farel yang tak pernah bisa memanjat pohon. Sekilas saya berpikir, Farel ada kemiripan dengan saya. Tapi siapakah Rachel-nya? Ah, itu memalukan.
Si Tomboy Rachel hobi bermain basket, Farel dengan mudah dikalahkannya setiap saat. Hingga suatu saat Rachel naik ke atas rumah pohon. Farel kesal, karena dia tidak berani memanjat. Rachel mengabaikan panggilan Farel di bawah, dan dia mulai mengukir sesuatu di batang pohon tersebut.
Hingga akhirnya, Rachel dan Farel menjadi dewasa. Muncullah seorang gadis pindahan bernama Luna. Farel menemui Luna pertama kali di suatu tempat. Tampaknya Farel menyukai Luna sejak pandangan pertama. Sejak saat itulah, Farel disibukkan oleh Luna, semua kisah cintanya diceritakan kepada Rachel. Tak ada waktu lagi untuk Rachel. Farel mulai melupakan sahabat sejak kecilnya, Rachel.
Suatu saat, Farel mendapati kenyataan bahwa Luna mengidap suatu penyakit. Di sanalah Farel menunjukkan rasa cintanya yang besar kepada Luna. Begitu besar dan tulus cintanya. Klimaks cerita saat Rachel mendapati Farel sedang berduaan dengan Luna, dia cemburu. Tak pernah mengerti arti perasaanya ini. Dia berlari tanpa tujuan ke hutan. Hingga akhirnya dia harus mengalami kecelakaan, jatuh ke jurang.
Dalam keadaan kritis, Rachel mengetahui kakinya harus diamputasi. Di saat yang bersamaan Luna pun jatuh sakit dan kritis di rumah sakit yang sama dengan Rachel. Luna membutuhkan donor hati. Saat itu lah Rachel mengetahui betapa besar rasa cinta Farel ke Luna. Ia berpesan, jika ia meninggal, dia bersedia mendonorkna hatinya ke Luna.
Rachel pun meninggal. Luna dan Farel menikah dan memiliki anak. Flashback, Farel dan keluarga kecilnya bermain ke tempat biasanya Farel dan Rachel bermain. Entah perasaan apa yang membuat dia harus naik ke atas rumah pohon itu. Dengan susah payah Farel naik ke atas, dan mendapati sebuah ukiran di pohon yang sudah berlumut:
Cerita semakin sendu saat Farel mendapatkan surat dari Rachel yang berisi:
Cerita ini sangat berkesan buat saya. Ini film flashback, yang membuat saya iri. Sebuah kisah hidup dua sahabat. Seorang sahabat harus mati demi kebahagiaan sahabat lainnya. Benar-benar tulus. Bukan hanya karena alur ceritanya. Bukan hanya karena alur ceritanya, cerita novel ini sudah difilmkan, dan menampilkan pemandangan-pemandangan yang bikin saya, aduuuh, sulit diungkapkan.
Pokoknya ini film romansa cinta terbaik yang pernah saya tonton. :')
Heart adalah satu-satunya roman cinta yang membuat saya menangis. mungkin terlalu idealis, tetapi benar-benar menyentuh hati. Di kala kecil pun saya menyadari bahwa alur ceritanya begitu sederhana. Namun, justru kesederhanaan dan flashback-nya ini yang menjadikan heart sebagai roman cinta terbaik yang pernah saya baca.
Kisah Farel dan Rachel yang menjadi sahabat sejak kecil benar-benar membuat saya iri. Sebuah latar asri yang disampaikan dalam cerita benar-benar sebuah suasana yang nyaman. Rachel yang tomboi, dan Farel yang tak pernah bisa memanjat pohon. Sekilas saya berpikir, Farel ada kemiripan dengan saya. Tapi siapakah Rachel-nya? Ah, itu memalukan.
Si Tomboy Rachel hobi bermain basket, Farel dengan mudah dikalahkannya setiap saat. Hingga suatu saat Rachel naik ke atas rumah pohon. Farel kesal, karena dia tidak berani memanjat. Rachel mengabaikan panggilan Farel di bawah, dan dia mulai mengukir sesuatu di batang pohon tersebut.
Hingga akhirnya, Rachel dan Farel menjadi dewasa. Muncullah seorang gadis pindahan bernama Luna. Farel menemui Luna pertama kali di suatu tempat. Tampaknya Farel menyukai Luna sejak pandangan pertama. Sejak saat itulah, Farel disibukkan oleh Luna, semua kisah cintanya diceritakan kepada Rachel. Tak ada waktu lagi untuk Rachel. Farel mulai melupakan sahabat sejak kecilnya, Rachel.
Suatu saat, Farel mendapati kenyataan bahwa Luna mengidap suatu penyakit. Di sanalah Farel menunjukkan rasa cintanya yang besar kepada Luna. Begitu besar dan tulus cintanya. Klimaks cerita saat Rachel mendapati Farel sedang berduaan dengan Luna, dia cemburu. Tak pernah mengerti arti perasaanya ini. Dia berlari tanpa tujuan ke hutan. Hingga akhirnya dia harus mengalami kecelakaan, jatuh ke jurang.
Dalam keadaan kritis, Rachel mengetahui kakinya harus diamputasi. Di saat yang bersamaan Luna pun jatuh sakit dan kritis di rumah sakit yang sama dengan Rachel. Luna membutuhkan donor hati. Saat itu lah Rachel mengetahui betapa besar rasa cinta Farel ke Luna. Ia berpesan, jika ia meninggal, dia bersedia mendonorkna hatinya ke Luna.
Rachel pun meninggal. Luna dan Farel menikah dan memiliki anak. Flashback, Farel dan keluarga kecilnya bermain ke tempat biasanya Farel dan Rachel bermain. Entah perasaan apa yang membuat dia harus naik ke atas rumah pohon itu. Dengan susah payah Farel naik ke atas, dan mendapati sebuah ukiran di pohon yang sudah berlumut:
Cerita semakin sendu saat Farel mendapatkan surat dari Rachel yang berisi:
"Aku menulis surat ini sambil mengenang persahabatan kita yang penuh dengan kegembiraan dan tawa. Sejak kecil bermain basket bersama-sama, berlari-larian di kaki bukit, kamu buatkan aku mahkota indah dari dedaunan, semua itu terlalu indah untuk kukenang... Persahabatan kita begitu dekat, sampai tiba saatnya kamu jatuh cinta pada Luna. Sulit sekali kujelaskan bagaimana perasaanku. Aku gembira melihat kamu bahagia, tapi entah kenapa aku juga tiba-tiba merasa kehilangan. Kadang aku cemburu, karena kamu nggak punya banyak waktu lagi untukku... Sungguh aku sangat terpukul ketika dokter bilang kakiku harus diamputasi. Tanpa kaki, aku nggak akan bisa lagi main basket sama kamu sambil tertawa berkejaran dalam hujan. Pada akhirnya aku menyadari aku nggak ingin kehilangan kamu, Farel. Tapi saat perpisahan itu pasti akan datang juga, karena aku tahu kamu sangat mencintai Luna. Dan suatu ketika, kamu akan menikahinya... Aku nggak mau ada kata-kata perpisahan di antara kita, Farel. Untuk itulah, akhirnya aku memutuskan untuk mendonorkan hatiku pada Luna. Dengan hati yang ada di tubuh Luna, maka aku bisa terus mendampingimu, Farel, bahkan sampai kamu menikah dan punya anak. Melalui hatiku yang kudonorkan di tubuh Luna, aku bisa terus bersamamu. Melalui hatiku yang kini ada di tubuh Luna, dengan cara itu aku mencintaimu..."
Cerita ini sangat berkesan buat saya. Ini film flashback, yang membuat saya iri. Sebuah kisah hidup dua sahabat. Seorang sahabat harus mati demi kebahagiaan sahabat lainnya. Benar-benar tulus. Bukan hanya karena alur ceritanya. Bukan hanya karena alur ceritanya, cerita novel ini sudah difilmkan, dan menampilkan pemandangan-pemandangan yang bikin saya, aduuuh, sulit diungkapkan.
Pokoknya ini film romansa cinta terbaik yang pernah saya tonton. :')
Setujuuu
BalasHapus