Saya tersadarkan
oleh sebuah kata: Pluralisme. Kata ini sudah menjadi bagian dari perbendaharaan
kata dalam benak saya sejak tiga atau empat tahun yang lalu. Namun, entah
kenapa baru-baru ini mengusik pikiran saya.
Ada seorang teman
mengatakan kepada saya, “Al, coba bayangkan, kenapa agama itu menjadi
berbeda-beda? Bukankah kita menyembah satu Tuhan? Islam, Kristen, Hindu, Budha,
Yahudi, Tuhannya itu-itu saja, hanya nama dan ritual ibadahnya saja yang
berbeda. Sebenarnya semua agama itu sama. Ibaratnya pilar, semua akan menuju
satu tujuan yang sama, yaitu Allah, Kristus, Yahweh.”
Ya, pemikiran
nakal ini sangat mudah ditebak, siapa lagi dalangnya kalau bukan pemikiran
orang-orang liberal. Pemikiran tentang pluralisme agama ini memang sudah sering
dipertentangkan oleh banyak orang, terutama muslim. Tetapi, persebarannya masih
saja tetap terjadi, bahkan menjadi-jadi. Padahal, pemahaman semacam ini
mengkhawatirkan. Sangat mengkhawatirkan.
Sekilas, jika
kita menyimak ungkapan teman saya di atas ada benarnya juga. Tuhan itu memang
ada satu. Banyak orang meyakini itu. Indonesia pun sudah menyepakatinya dalam
Pancasila. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah, “benarkah Tuhan orang Islam
dan orang Kristen itu sama? Atau Tuhan orang Islam dengan orang Yahudi? Atau
agama-agama lainnya?”
Belum tentu. Saya
yakin Anda belum pernah melihat Tuhan, jadi jangan menyimpulkan hal ini dengan
seenaknya saja.
Pemikiran liberal
dalam beragama saat ini hanya diprakarsai oleh logika-logika yang dibuat oleh
manusia saja. Hal ini memposisikan bahwa pemikiran manusia bahkan lebih tinggi
dari pada apa yang telah dilakukan oleh Tuhan. Jadi, wajar saja jika menjadi sangat ngaco. Dalam Alqur’an surat Al-an’am ayat 112 diterangkan,
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”
Pemikiran liberal
tidak memiliki dasar yang jelas, hingga berani-beraninya menafsirkan sesuatu
yang bukan pada tempatnya. Pemikiran liberal hanya dibungkus dengan kata-kata
yang indah dan mempesona, padahal disana-sini terdapat banyak kekurangan yang
ditutup-tutupi. Hingga saat ini bangsa-bangsa yang menganut pemikiran liberal
memang sangat maju peradabannya, tetapi disana-sini banyak disisipi kebohongan.
Kembali lagi pada topik awal, tentang Tuhan semua agama. “Untukmu
agamamu, untukku agamaku” (QS. Al-Kafirun: 6). Sebagai seorang muslim,
tentunya kita akan memandang, kesempurnaan ada pada agama yang kita anut. Bahwa
tentang toleransi beragama, hal ini sudah lain lagi. Bagaimana mungkin membagi
Tuhan dengan agama lain dikatakan sebagai toleransi? Ini tentang kepercayaan,
bukan tentang sikap.
Menurut pandangan
seorang muslim, Islam adalah agama terakhir yang telah disempurnakan oleh
Allah. Di dalam QS. Al-Maaidah: 3 dijelaskan bahwa “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama
bagimu.” Pun adanya agama-agama nasrani, yahudi, dan majusi pada
tahun-tahun sebelumnya kini sudah tidak berlaku lagi karena adanya Islam.
Bagaimana mungkin
jika Tuhan setiap agama itu sama, di agama Islam babi diharamkan, sedangkan di
agama Kristen babi dihalalkan. Apakah Tuhan itu tidak konsisten? Tentu tidak,
karena Tuhan Maha Bijaksana. Dan saya sebagai seorang muslim menyakini pada Islamlah
semua ketetapan Tuhan itu diturunkan. Adanya perubahan ketetapan Tuhan, pasti
ada sejarah dan alasannya. Ini murni hak dan ketetapan Tuhan.
Jadi, bagaimana
mungkin Tuhan itu berdiri pada agama yang berbeda-beda? Hati-hatilah kawan
dengan pemikiranmu. Agama itu sakral. Jangan memposisikan agama sebatas ritual saja. Jika kita membahas agama, maka kita membahas keyakinan. Bahkan logika tidak dapat meretas ada apa dibalik keyakinan, apalagi Tuhan
Tulisan ini bukan
saya buat untuk menciptakan permusuhan antar agama, melainkan untuk meluruskan sebagian
pemikiran liberal yang merusak.
Wallahu’alam
bishowab, saya hanya manusia, saya terbuka dan menerima masukkan yang membangun.
Sepakat bang!
BalasHapus