Jangan Pernah Merendahkan Orang Gagap!


    To the point aja, saran buat kalian yang normal, di dunia ini tidak semua orang seperti kalian. Ada banyak orang yang tidak bisa melakukan sesuatu yang kalian bisa lakukan. Seperti halnya berbicara. Saya akan berbicara soal gagap, yang sampai saat ini masih saja dijadikan bahan candaan atau cemoohan.

    Orang gagap tidak pernah mau menjadi gagap. Saya tidak tahu dengan pelawak yang memanfaatkan gagap sebagai bahan lawakan. Tapi, jujur saja. Saya sebagai salah seorang yang mengidap kegagapan, menonton seseorang dengan gaya gagap yang dibuat-buat adalah hal yang membuat sakit hati. Ini akan menjadi kendala psikologi.
 
   Tahukah Anda? Seorang yang gagap bahkan bingung, mengapa mereka bisa menjadi sebegitu gagapnya. Sedangkan, orang lain disekitarnya mengatakan, “Bukankah berbicara itu soal yang gampang?” Ya, itu bagi Anda. Tidak bagi kami, tidak selama kalian belum menampakkan sikap yang lebih baik lagi.
  
    Saya mencari tahu, sebenarnya apa yang membuat seseorang gagap. Seperti yang saya singgung di atas, gagap sebenarnya pada banyak kasus disebabkan oleh tekanan psikologi. Seseorang akan menjadi gagap ketika mendapati kondisi yang tidak nyaman. Ini perkara kenyamanan hati. Tingkat kegagapan seseorang akan berbeda-beda, tergantung kepada kondisi psikologi seseorang.
    
   Saya mengalami kegagapan sejak kecil. Saya berhipotesis, kegagapan saya muncul ketika mengidap penyakit asma. Anda bayangkan, bagaimana orang asma yang sedang pengap-pengap, jantung berdegup lebih kencang, dan harus berbicara. Bagi saya yang masih kecil, hal itu menakutkan, maka berdampak pada kondisi psikologis saya. Alhasil, sejak kecil saya sudah mulai gagap. Ketika akan mulai berbicara, napas saya tidak stabil, jantung saya lebih kencang berdegup, dan pikiran ketakutan pun muncul.
 
    Adik saya sempat menjadi gagap selama beberapa bulan. Setelah saya selidiki, ternyata dia dulu pernah mengejek saya gagap dan memain-mainkan nada bicaranya seperti orang gagap. Dia kena batunya, dia pun gagap. Tetapi, trauma psikologis yang dialami oleh adik saya tidak lebih dalam jika dibandingkan saya dulu. Oleh karena itu, dia lebih cepat sembuhnya dengan sedikit terapi.
 
    Hingga saat ini saya masih gagap. Ya, saya akui itu. Anehnya, saya akan mulai gagap ketika harus dihadapkan pada orang sedikit dalam ruangan yang sempit. Saya membayangkan, itu adalah suasana ruang rumah sakit saat asma dulu. Tetapi, ketika harus dihadapkan pada 2.000 orang atau lebih di sebuah gedung yang luar biasanya luasnya, kepercayaan diri saya akan berlipat ganda dari yang Anda bayangkan.
 
    Saya tidak pernah malu menjadi gagap. Bahkan seorang Musa As. dalam beberapa riwayat dikabarkan adalah seorang Rasul yang memiliki keterbatasan dalam hal berbicara. Oleh karenanyalah, Allah menurunkan seorang sahabat (yang juga nabi), yaitu Harun As. Begitu juga B.J Habibie, saya berpendapat beliau (yang sangat saya hormati), lebih banyak mendapati kesulitan dalam bicara. Ketika beliau berbicara, seperti cepat-cepat dan tersendat. Darinyalah saya belajar, ternyata ada satu hal lagi yang luput, orang gagap sebenarnya memiliki banyak ide, namun bingung menyampaikannya kepada orang lain. Sekalinya memiliki ide, ia akan berputar-putar di dalam otaknya. Semakin bisikkan semacam “Anda pasti akan salah” itu terdengung, maka semakin parahlah gagapnya.
 
    Apa yang harus Anda lakukan ketika menghadapi orang gagap? Yang pasti adalah tanyakan perihal, “apakah Anda sudah dalam posisi nyaman?” Jika ia menjawab dengan sungguh-sungguh, berarti hatinya sudah lega. Jika belum, tanyakan, hal apa yang akan membuatnya nyaman. Dominan orang gagap memiliki kendala pada lawan bicaranya, karena tatapan dan ekspresi. Saya ulangi lagi, KARENA TATAPAN DAN EKSPRESI ANDA. Saya sangat banyak menemui, bahkan hampir semua orang yang saya temui, ketika saya mulai gagap, orang yang menjadi lawan bicara saya akan menampilkan tatapan “aneh” dan ekspresi “merendahkan”. Ini yang akan menjadi faktor utama ketidaknyamanan saya. Dan Anda lah penyebabnya.
 
    Orang gagap itu harus di-support, bukannya direndahkan. Sayangnya, saya tinggal di Indonesia. Bukan di luar negeri seperti Eropa dan Jepang yang sangat menjunjung tinggi sopan santun dan menghargai orang lain. Orang Indonesia adalah orang-orang yang “ramah”, mungkin termasuk Anda, dan saya.

NB: Saya sekarang tidak gagap-gagap amat, hanya sesekali saat tidak mood. Hal ini terjadi karena saya orangnya iseng dan masa bodo dengan penilaian orang lain. Haha. :p

2 komentar:

  1. mas saya sangat setuju dengan pendapat anda.. saya juga seorang yg gagap, dari sd saya sering mendapat ejekan dari teman2 saya karena kegagapan itu..
    saat ini saya sudah kuliah dan sedang akan menyusun skripsi, saya sangat tertarik untuk mengangkat judul yang mengangkat tema "gagap".. Tapi saya sangat sulit untuk mendapatkan seorang informan, saya mohon dengan sangat kepada mas untuk membantu saya,, saya tunggu konfirmasinya mas..

    BalasHapus
  2. Ya, monggo, mbak. Kalau berkenan follow twitter saya (di gambar follow twitter atas) atau kontak melalui email. Saya akan membantu sebisa saya. :)

    BalasHapus

 

Instagram

Populer

Kategori

AEC (6) Aksel Zoo (3) Asean (2) bima (1) buku (3) CAFTA (2) cerpen (4) cool (1) curhat (5) election (1) Experience (17) Filsafat (2) fotografi (5) history (2) hobby (7) Ilmu (2) indah (1) indonesia (13) industri (4) inspirasi (18) islam (3) joke (1) Kebudayaan (12) kenangan (1) kritisi (22) Leadership (20) mahesa (17) marketing (3) Moral (49) movie (1) pendidikan (4) Pergerakan (14) photography (1) pilpres (2) politik (1) prinsip (12) quote (4) sejarah (4) share (71) Shuttlers (1) thailand (13) tokoh (3) travel (4)

Pengunjung

Pengikut