Respect is relative


Respect denotes both a positive feeling of esteem for a person or other entity (such as a nation or a religion), and also specific actions and conduct representative of that esteem. (wikipedia)

Kata Respek berasal dari akar kata bahasa latin yang berarti “melihat” atau “memandang”. Respek berarti suatu cara khusus memandang orang lain. Respek adalah cara menghargai orang lain hanya karena dia adalah seorang manusia. Hal itu secara tidak langsung menyatakan bahwa menjadi manusia itu sendiri mempunyai nilai tersendiri dan memilih untuk menghargai orang lain merupakan suatu nilai. Jadi, sulit kan untuk dilihat bagaimana seseorang bisa membuat komitmen untuk menolong orang lain kecuali dia melihat hal itu sebagai yang berharga bagi diriny? (Adi 2009)

Ok, one day, gw memperhatikan seseorang yang sedang meminta pertolongan untuk suatu hal. Dia meminta tolong kepada temannya untuk suatu hal karena pada saat yang bersamaan dia ada kerjaan lain yang sangat sulit untuk ditinggalkan. Konflik terjadi ketika teman yang dimintai pertolongan agak sulit menolongnya. Lantas beberapa saat kemudian ia berkata ke gw, "Nggak respect!" Terbesit dalam pikiran gw, emang iya? Otak gw mulai berpikir, something construction in this habit. And then, I said to her, "Respect is relative"

Agak sulit memang menumbuhkan rasa respek itu sendiri. Ada pendekatan khusus yang akan mendorongnya, diantaranya kharisma, balas budi, dan kedekatan. Dari 3 faktor ini dua diantaranya memang butuh waktu yang tidak lama, namun biasanya hanya berlaku sesaat. Lain halnya dengan faktor kedekatan. One case, maybe you ever feel before. Gw punya temen [sebut saja, Atika Lutfiyyah, haha], sumpah gw comfort banget kalau udah barengan, entah itu becanda, entah itu menceritakan hal konyol, mimpi, prestasi, masalah, dan hal-hal lainnya yang sebenarnya nggak penting-penting amat. Bahasa gaulnya sohib kali ya? Setiap ada hal yang dia mintai pertolongan hampir selalu gw katakan, "Ya!". Bahkan, dibeberapa saat gw selalu nanyain, "Ada yang bisa gw bantuin ga?" Padahal, nggak ada hal penting yang harus dibantu sebenarnya. Mau dia balas budi kek, mau dia apain kek, yang pasti gw seneng banget ngebantuinnya. Inikah orang baik? I said, it's relative.

In other case, Gw punya temen. Di suatu saat, gw punya hal yang harus gw selesain, eh, tiba-tiba, ada lagi masalah lainnya. Kebetulan, yang terbesit dalam pikiran gw adalah meminta pertolongan sama orang yang di dekat gw (dan adanya memang hanya dia di saat itu). Ok, gw minta tolong. Dalam pikiran gw, "wah, bakalan sulilt nih, dekat aja nggak." Eh, Norak! Ternyata dia mau, dengan tanpa memohon pula. You said it's good person? it's relative.

Ok, Al. Gw bingung. Sisi relativenya dimana? Nih ya, coba deh. Pada case yang pertama, gw emang udah dekat, dalam pikiran gw, ini adalah kebiasaan, jadi seneng aja. Belum tentu saat gw diminta oleh orang lain pertolongan gw mau. Why? Banyak perhitungannya, Masbro. Mmm.... Gw ada tugas nggak ya? Ada ini? Ada itu? Termasuk mempertahankan apa yang diyakininya dan mungkin bersinggungan dengan apa yang kita mintai pertolongan. Jelas aja, saat orang yang minta pertolongan ke gw mengatakan, "Nggak respek!" You know? When we have a problem, in our mind only have two (or one of them): problem and solving, 'in this case is ask to another person'. Jadi, judgement kita terkadang hanya memperhatikan sehematnya kita aja. Padahal nih ya, saat kita menjudge kalau dia nggak respek, dia juga bakalan bilang dalam hatinya, "Nggak respek ama gw nih!" dan kita nggak pernah mau tau apa urusannya. Mau itu sederhana sekalipun buat kita, tapi nggak buat orang lain. So? How can you judge another person like that?

Kasus kedua, maybe he is a good person. But, we should look, what the reason of this case. "Oh... Ternyata dia mau karena kebetulan dia juga akan melakukan hal yang sama. Yaudah sekalian, dan dia ngerasa nggak ngerepotin atau malah nguntungin buatnya. Memang, nggak semua orang akan menyebutkan hal ini. Dan, nggak semua orang akan melakukan hal yang sama dengan berbagai alasan, baik itu positive reason, maupun negative reason. Bisa jadi, si orang yang kita mintai tolong di atas di suatu saat yang lain, ternyata dia nggak bisa, dengan alasan yang lain, and then we judge he, "No  Respect!"

Bukan gitu caranya, guys. Sorry nih ya, gw malah bakalan bilang, kita lah yang nggak respect sebenarnya. Membawa alasan pribadi [bukan public] untuk memaksa orang untuk mau menolong kita. (bahasa ekstrimnya begitu). Seperti halnya berdakwah, kita nggak ada kewajiban untuk memaksa, dosa malah. Yang kita lakukan adalah mengingatkan. Demikian pula halnya dengan meminta tolong, sama kaidahnya. Kita meminta tolong orang lain dengan harapan membuka jalan untuknya mendapatkan ridho Allah, kita nggak perlu mencurigai alasannya benar atau nggak saat dia menolak. Kalau dia nggak bisa, yaudah. Artinya, harus ada cara lain untuk meneyelsaikannya. Tapi, dalam tataran konteks yang lain, ada kalanya lobi tertentu digencarkan [salah satunya alasan public]. Karenanya, ada pula batasannya dalam pembahasan ini.

Oleh karenanya, berpikir positiflah kepada orang lain. Bukankah dalam Islam telah dengan jelas memerintahkan kita untuk qona'ah kepada orang lain?
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Thabrani:
اَلْقَنَاعَةُ كَنْزٌ لاَيَفْنى
Artinya: “Qona’ah itu adalah simpanan yang tak akan pernah lenyap”

Hidup ini indah, jika kita saling menghargai.
Keep smile.

Wallahu'alam.

2 komentar:

  1. Cieee... Keep Smile Isma Haaaahhaaa... * gosip.. gosip.. *

    BalasHapus
  2. Jiaaah, dia taruh namaku di belakang. ketauan siapa yang gak respek, qonaah, dan positive thinking. Mmmm, q g mau pmbelaan si ya, mgkn pkiranku masih bersifat kedaerahan atau mgkn aku yang salah ambil kata. q cuma bawa apa yang udah aku pelajarin pas SMA, tata krama. banyak, luas... dan aku nyoba (iseng) ngeliat itu aja disini... cuma itu.tenang, q gak seEkstrim yang lebay parah lah ya,

    BalasHapus

 

Instagram

Populer

Kategori

AEC (6) Aksel Zoo (3) Asean (2) bima (1) buku (3) CAFTA (2) cerpen (4) cool (1) curhat (5) election (1) Experience (17) Filsafat (2) fotografi (5) history (2) hobby (7) Ilmu (2) indah (1) indonesia (13) industri (4) inspirasi (18) islam (3) joke (1) Kebudayaan (12) kenangan (1) kritisi (22) Leadership (20) mahesa (17) marketing (3) Moral (49) movie (1) pendidikan (4) Pergerakan (14) photography (1) pilpres (2) politik (1) prinsip (12) quote (4) sejarah (4) share (71) Shuttlers (1) thailand (13) tokoh (3) travel (4)

Pengunjung

Pengikut