Dua tiga hari ini saya memang terlihat lebih gelisah dari pada biasanya. Saat ditanyakan mengapa, tak ada satu pun jawaban yang bisa mewakilkan, kecuali
Saya bingung.
Serasa berada kembali ke persimpangan jalan. Semuanya menjadi serba tanpa kepastian. Meraba-raba. Sehingga apa yang saya dapatkan saat ini adalah sebuah pertanyaan yang sulit sekali saya jawab.
Tidak terasa 24 tahun sudah terlewati. Di masa dimana saya sudah seharusnya mulai mapan, saya kembali di pertigaan, perempatan, perlimaan, persekianan. Kemudian detik demi detik hilang dalam kelabu dan kenangan. Sisi melankolis saya secara tiba-tiba menguasai ruang pikiran.
huh. Desahku dalam-dalam. Kulihat hujan mengguyur, namun panas menjadi kuasa.
Hari itu kucoba menghubungi seorang wanita, yang dengannya semua ketakutanku, sebesar apapun, bisa ia taklukan. Mungkin benar kata orang, wanita yang luar biasa itu tidak jauh-jauh dari hidup kita.
Ibu.
Kudengar ia tertawa menceritakan kesehariannya. Padahal aku tahu percis, bagaimana jenuhnya ia. Ingin sekali aku menangis saat bercengkrama dengannya. Sesekali ia terbatuk. Kemudian bercerita kembali.
"Nak, ingatlah ini. Takdir itu tidak akan pernah salah arah."
Ibu, aku hanya tertawa kecil. Sesungguhnya aku ingin sekali menangis di pundakmu. Selayaknya seorang anak bayi yang tak tahu apa yang harus diucapkan saat ia tak enak badan. Tetapi, aku, kita memutuskan untuk tertawa kecil. Agar kita saling mengetahui, bahwa hidup ini memang lucu.
Terimakasih kepada Tuhan yang telah memberikan umur panjang kepada Ibuku sehingga ia bisa menyaksikan anaknya tumbuh diusianya ini.
Terimakasih kepada seseorang yang menampar keras kesederhanaan pikiranku. Keegoisanku.
"Setiap orang pasti akan melewati masa sulitnya masing-masing. Jangan pernah merasa menjadi orang yang paling menderita di dunia ini."
Terimakasih kepada seseorang yang memunggungiku saat kesediahan perpisahan kita,
"Al, mungkin ini kegagalanku, tapi percayalah, setiap orang pasti menemui jalan kesuksesannya masing-masing"
Terimakasih kepada dua orang yang lagunya selalu lirih mengiringi: Danilla Riyadi dan Valina Khairin Nisa. Suara kalian berdua mengalir lembut, lambat tapi pasti.
Terakhir, terimakasihku kepada kelucuan hidup ini. Kini aku semakin menyadari, bahwa
Every cloud has a silver lining.
Ya, hidup ini mendewasakan kita. Hanya saja kita mau atau tidak.
Cheers!
And, when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it~Paulo Coelhe... #Mestakung
BalasHapusAaamiin. Makasih ya. :)
HapusCheeerrss.. Everything happens for a reason :)
BalasHapusIye... iye...
Hapus