Bagaimana mungkin dengan sebuah prasangka seseorang bisa menghakimi seorang lainnya, pikirku dalam hati. Belum lagi ketika mereka sudah jelas dipersaudarakan atau ada sebuah ikatan kasih sayang diantaranya. Mungkin. Bisa jadi semua itu semu, ketika dengki dan atau murka lebih kuat membayangi.
Dalam sebuah perjalanan pulang hari ini, sinar mentari tak lagi mengusik mataku seperti biasa. Mungkin karena pandanganku sudah melayang entah kemana dan satu titik buta dimana mentari lelah berpijar. Jakarta tetap sibuk dengan urusannya sendiri, aku tersenyum membayangkan suatu saat dimana Jakarta jauh lbh baik dari hari ini.
Aku tak mengerti lagi apa yang terjadi denganku belakangan ini. Rasanya ingin sekali kuberlari ke sebuah suku terdalam dari dunia ini. Membuang semua hiruk pikuk dan dosa-dosa masa lalu. Menjadi suku primitif yang hanya mengenal bertahan hidup. Tertawa. Menangis. Dan jauh dari kerumitan dunia. Ingin sekali. Tapi, dunia akan tetap berputar. Tidak akan mau sejenak berhenti.
Lanjutkan. Mungkin.
0 komentar:
Posting Komentar