Jepun


 
"Saya Alfa, seorang warga negara Indonesia. Tentunya Bapak paham bahwa Jepang dan Indonesia memiliki hubungan yang cukup dekat di masa lampau. Dengan demikian, saya memiliki perspektif yang berbeda mengenai kebudayaan Jepang, sejak sejarah itu ditulis dan diwariskan," terang saya di awal.

Jepang memang bangsa Asia yang bukan Asia. Kalau ditanya, apa yang terlintas dipikiran pertama kali saat mendengar Jepang, maka jawaban saya tentu, "Eropa." Seperti yang saya singgung di awal paragraf, mereka bangsa Asia yang berpola pikir eropa. Maka citra Asia yang sebagian besarnya terpuruk, terpatahkan oleh salah satu negara. Yakni Jepang.

Pembukaan saya tadi agak membuat saya deg-degan, terutama dosen pembimbing saya pun menyaksikan apa yang saya katakan. Mungkin dia berpikir, "gila nih anak, pembicara datang dari jauh-jauh, malah bahas masa kelam." Tapi mungkin tidak juga, dia paham bahwa saya memang begini adanya. Semoga.
 
Mereka, membicarakan tentang kebudayaan Jepang yang katanya penuh kasih sayang dan membantu sesamanya. Tentu saja, alam bawah sadar saya serentak menolak, refleksi romusha membawa saya seakan menjadi saksi hidup kebengisan tentara-tentara beserta propagandanya. "Bagaimana mungkin," tanyaku kemudian.
 
Mereka tampak menggeleng-geleng bingung menjelaskan duduk perkaranya. Mereka hanya mengklaim bahwasanya sejak jaman dulu, identitas Jepang adalah penuh kasih sayang. Hal tersebut tertuang dalam keseharian hidup mereka.
 
"Saya paham, memang kebudayaan Jepang dalam hal nurturing sangat kental. Pola kedisiplinan yang gila. Juga kreativitas tanpa batas. Saya acungi itu. Namun tentu tidak ada makan siang yang gratis. Tuntutan Anda tentu sebanding dengan itu semua," mereka menatap tegang. Ada sedikit kekacauan di pikiran mereka"
 
"Tenang saja, saya tidak menyalahkan Anda. Saya hanya ingin mengingatkan kembali, tentara2 fasis kaisar yang Anda kirimkan ke tanah air saya masih jelas tapak kakinya di Indonesia. Setidaknya di mata saya. Saya sangat mengapresiasi keberhasilan Anda. Negara saya pula harus berkaca, bagaimana krisis moneter parah yang melanda negara Anda jauh di atas kami. Tetapi dalam hitungan tahun, Anda berhasil lulus," mereka tampak tersenyum memberi hormat.
 
Memang begitu seharusnya, di dalam kepekatan sejarah masa lalu. Kalah mereka dalam perang dunia kedua, tak menjadi mereka rebah di atas tanah. Jepang, tetap menjadi bangsa yang menginspirasi saya.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Instagram

Populer

Kategori

AEC (6) Aksel Zoo (3) Asean (2) bima (1) buku (3) CAFTA (2) cerpen (4) cool (1) curhat (5) election (1) Experience (17) Filsafat (2) fotografi (5) history (2) hobby (7) Ilmu (2) indah (1) indonesia (13) industri (4) inspirasi (18) islam (3) joke (1) Kebudayaan (12) kenangan (1) kritisi (22) Leadership (20) mahesa (17) marketing (3) Moral (49) movie (1) pendidikan (4) Pergerakan (14) photography (1) pilpres (2) politik (1) prinsip (12) quote (4) sejarah (4) share (71) Shuttlers (1) thailand (13) tokoh (3) travel (4)

Pengunjung

Pengikut