Ternyata nikmat dan rezeki itu tidak selalu soal materi ya.
Apalagi soal uang. Teman yang baik. Ilmu dan pengalaman baru. Orang tua yang
masih sehat. Waktu luang. Berita-berita yang menghibur. Kesehatan. Pikiran yang
masih normal. Bahkan nikmat yang tertinggal di dalam tubuh kita saja tidak akan
bisa terbayarkan. Aku pikir bersyukur memang merupakan cara menghargai nikmat
tersebut. Dan aku pikir ketika nikmat dihargai, mereka akan bahagia dan
memanggil nikmat-nikmat yang lainnya.
Salah satu nikmat terbesar dalam hidupku belakangan ini
adalah Indah Rahmawati. Istri sekaligus teman menjalani hidup. Entahlah, apa
kata yang tepat untuk menggambarkannya. Mungkin akan aku buat dalam tulisan
yang berbeda. Kami sering meributkan hal-hal yang itu-itu saja, sehingga
terkesan masih belajar dewasa. Namun, bagiku memang begitulah hakikatnya
menikah. Berkah dan mendewasakan.
Tak perlulah kuceritakan bagaimana sayangnya aku kepada dia.
Karena tak akan sanggup kalian bayangkan. Namun hal terunik dalam menjalani
hubungan ini adalah saling mencocokan satu sama lain. Yah, aku akan selalu
berusaha menjadi suami terbaik untuknya. Meskipun jauh dari kata itu, yakinlah,
aku berusaha melampaui kemampuanku. Karena kamu selalu membuatkan jatuh cinta
lagi dan lagi. Dan, karena mencintaimu adalah caraku mensyukuri nikmat terbesar
yang aku terima.
Nyumu, terimakasih atas surat cinta yang engkau tuliskan
sebelum kembali ke Bima. Itu sangat menyentuh. Hadirmu selalu membawa warna
baru dalam hidupku. Seperti katamu, “As
colorful as life”. Memang hidup ini tidak selalu selancar prosotan iklan Gillete.
Ah, beruntungnya aku memilikimu.
0 komentar:
Posting Komentar