Hai, bagaimana seandainya kamu hidup dengan waktu yang
berbeda dengan orang lain. Katakanlah dalam dimensi hidupmu diciptakan 26 jam
sehari. Sedangkan orang lain hidup secara normal, 24 jam sehari? Pernahkah kamu
bayangkan? Mungkin kamu berpikir bahwa aku terlalu absurd, atau jika kamu
begitu religius akan mengatakan bahwa aku terlalu berandai-andai. Dan
sesungguhnya berandai-andai itu tidak diperkenankan dalam agama.
Baiklah, coba kita sedikit nakal saja. Bagaimana seandainya
kamu hidup dalam 26 jam sehari? Akankah kamu akan berpikir bahwa 26 jam sehari
adalah lebih dari cukup untuk menyelesaikan tugas-tugasmu? Bisakah kamu
meyakinkan bahwa tidak ada kerjaan yang menumpuk? Atau bisakah kamu berhenti
sejenak kemudian melakukan hal lain yang lebih menarik?
Aku rasa tidak.
Kamu tahu kenapa? Karena waktu tidak lain seperti harta.
Kita tidak akan merasa puas karenanya. Pernah kah kamu berpikir bahwa hal
menarik begitu cepat berlalu, sedangkan menunggu adalah hal yang paling
membosankan? Aku tidak akan membahas tentang relatifnya sebuah waktu –aku tidak
tahu apakah waktu bisa disebut sebuah, tetapi aku akan lebih kepada bahwa
manusia tidak akan puas sampai kapanpun. Sampai dia selesai dengan dirinya
sendiri.
Kembali lagi kita kepada waktu adalah 26 jam sehari.
Yakinkah bahwa kamu tidak akan merasa seperti tergeletak di atas kasur kemudian
bergumam setengah pada dirimu sendiri, “Oh damn,
apa yang sudah aku lewati hari ini? Aku seperti baru saja bangun pagi kemudian
tertidur. Kemudian besok aku akan bangun pagi lagi, melewati hari seperti
rutinitas, kemudian tidur lagi.”
Aku rasa akan sama saja.
Yang terlintas dalam pikiranku adalah kata-kata Hughes,
“Your life is your choice. Your decision. Your happiness. Your taught.” Kita
yang memilih akan menghabiskan waktu dengan rutinitas atau dengan sesuatu yang
berbeda. Aku punya waktu 24 jam sehari. Aku yang berhak menentukan,
menghabiskan waktu dengan sesuatu yang sama, atau melakukan hal lain yang lebih
menarik. Lebih bisa menghargai siapa dirimu sebenarnya.
Karena pohon tidak hanya mencari mineral dari satu rambut
akar, dia akan mencari dengan seluruh sumberdaya yang dimiliki, yang disebut
hidup. Aku pun akan mengisi hari dengan yang lain, yang lebih menggambarkan
siapa diri kita sebenarnya. Apapun yang terjadi. Namanya juga hidup.
Dan satu lagi, kalau kamu merasa bahwa kamu adalah orang
yang paling sibuk di dunia ini, malu kepada waktu yang tidak pernah merasa
bosan memberimu kesempatan untuk bekerja lebih cerdas lagi. Jika kamu tetap merasa
yang paling letih di antara yang lainnya, mungkin kamu tidak butuh waktu 24 jam
sehari, kamu hanya butuh kurang dari itu. Katakanlah 18 jam sehari.
Cheers,
Alfa
“Satu ons praktek jauh lebih berharga daripada satu ton teori”
-Mahatma Gandhi
0 komentar:
Posting Komentar