Halo, Nggak ada Ide

"Tolong ambilkan kemoceng."

Adalah hal pertama yang muncul dipikiran saya saat membuka blog lagi. Ia terbengkalai sudah begitu lama. Entahlah, tak bisa dikatakan bahwa waktu berjalan begitu cepat lagi saat ini. Karena aku sedang dalam posisi menunggu. Dan, tak perlu dibuatkan penelitian khusus, hipotesis bahwa menunggu itu meletihkan adalah hal yang benar.

Waktu adalah hal yang relatif

 Tak perlu lah kita berdebat untuk hal ini. Menunggu dan ditunggu adalah satu kata, dua imbuhan. Satu aktiif. Satu pasif. Tetapi berangkat dari-nyalah waktu menjadi relatif. Kecuali dalam ungkapan menunggu itu ada frase menikmati. Menikmati menunggu. Ah, entahlah, itu terdengar terlalu utopis bagiku.

Hei, aku mau berbicara apa kah? Oh ya, sudah banyak hal yang terjadi belakangan ini. Aku tak berani  menceritakannya langsung di publik saat ini. Cukuplah kalian tahu bahwa duniaku kini sudah berubah banyak. Ah, aku tiba-tiba rindu akan kehidupanku yang penuh dengan kebebasan, waktu luang, emosi masa muda, dan impian-impian konyol.

Apa kabar buku-buku ku yang berserakan? Waktuku seakan habis untuk melakukan hal-hal berbau kerjaan. Menerima komplen dan dikomplen. Terbawa arus politisasi petinggi-petinggi perusahaan. Drama di kehidupan nyata. Ya ampun, begini banget kah dunia sales?

But it's ok. Ini proses pendewasaan. Iya banget ini. Haha. Pikirannya udah ke arah rumah tangga banget. zzz. Tua banget. Tapi aku ndak mau menjadi tua. Padahal menjadi tua itu pasti. zzz. Kalau kata temen dekatku dulu, ini namanya persimpangan. Nganu, entah apalah maksudnya. Iya, sih. Gitu lah. Kita merasa diri mapan, padahal belum. :D 

Ayolah be wise.

Ada banyak hal yang harus aku lakukan untuk memulai semuanya dari 0. But please, aku butuh seseorang yang mau menemani. Hiks. Ya Allah, hamba berdoa di sini langsung yak. Semoga cepat dinilai sudah mampu.

Ayo membuat hal-hal baru!

Entahlah, ini tulisan apa. Menuhin target aja. Ndak ada ide.