Saya selalu tidak mengerti, mengapa guru begitu dianggap sakral? Apa karena guru memiliki wewenang khusus untuk menentukan nilai atau lulus tidaknya kita pada mata pelajaran? Jika memang begitu alasannya, saya akan memilih untuk tidak diluluskan saja.
Guru bukanlah malaikat yang selalu benar. Dan murid bukanlah kerbau.
Tugas seorang guru adalah mengamalkan ilmu yang hingga kini dianggap benar. Ingatlah, kebenaran saat ini tidak selalu akan menjadi kebenaran di masa mendatang. Oleh karenanya, kaum intelektuil diharamkan bersifat terlalu difensif. Menjadi bagian dari ilmu pengetahuan, artinya menjadi bagian dari pencapaian kebenaran yang sebenarnya.
Guru juga manusia, sama halnya dengan kita. Hanya saja mereka mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan lebih dahulu. Jadi, tidak ada alasan bagi seorang guru mendapati dirinya lebih pintar. Karena ini sejatinya yang menjadikan sikap sombong. Kamu tahu, apa itu sombong? Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.
Tetapi guru tetaplah guru. Kita harus menyimpan rasa hormat kepadanya dalam batas-batas yang wajar. Ingatlah bagaimana Imam Sjafii menghormati gurunya dengan kehormatan yang patut diteladani. Karena dari guru, pintu ilmu kita terbuka lebar. Tetapi, kalau guru salah, katakan itu salah. Urusan dia akan marah, adalah urusan dia dengan pribadinya sendiri.
Kita terkadang terlalu takut kepada guru. Mungkin karena kita terlalu takut disalahkan. Padahal tujuan pendidikan adalah untuk mengakui kesalahan dan mengambil kebenaran. Oleh karena itu, dalam kegiatan mendidik dan dididik, sikap keterbukaan sangatlah penting.
Jika Anda masih terlalu takut menginterupsi guru yang salah, Anda telah menjadi bagian sebagai orang yang menjadikan guru sebagai malaikat.
Katakan hitam adalah hitam. Katakan putih adalah putih.
wah, benar-benar sikap yang tegas bang Alfa,
BalasHapusSetuju Saya :)