Saya pernah bercanda dengan beberapa teman saya di sebuah grup, saat itu saya mengatai teman saya yang kocak dengan ungkapan, "Cacat lo!" Sepontan, dua orang teman saya bilang, "Kak, Cacat itu bukan buat becandaan." Yang satu lagi menimpali. Saya seketika terdiam. Tak punya kata apa-apa lagi. Dan merasa bersalah. Kemudia meminta maaf.
Saya mengikuti sebuah forum, sebut saja namanya Forum Indonesia Muda. Saat itu, ada seorang peserta yang menyandang disabilitas. Dia memprotes seorang pembicara melalui akun twitter dengan sopan kira-kira begini, "Pak Reynal yang saya hormati, mohon ganti istilah Anda tentang penyandang cacat dengan disabilitas." Syukurlah, pembicaranya pun legowo menerima masukan itu.
Puncaknya adalah ketika saya menemui teman SMA saya setelah sekian lama tak bertemu. Saat itu, saya hendak wisuda, sehingga kami singgah dulu di Bali. Akhirnya, kami memutuskan untuk bertemu meski sebentar. Tetiba, dia nanya, "Al, adikmu ada berapa sih?"
"Ada dua, Phi. Ada apa emang?"
"Ada dua, Phi. Ada apa emang?"
"Kok kamu nggak pernah cerita yang satu lagi? Wah, jangan-jangan kamu ndak pernah menganggap adikmu yang satu ini."
Ungkapan itu dilontarkannya tepat di depan orang tua dan keluarga saya. Saya hanya terdiam, dan menahan perih. Mungkin dia tidak sengaja. Tapi, itu membuat saya sangat terpukul.
Namanya Deviyanti Yuliani. Dia adik bungsu yang saya miliki. Panggilannya Devi. Adik saya sudah mengalami disabilitas sejak kecil. Diduga karena vaksin polio yang diberikan di puskesmas. Devi mengalami demam yang tinggi dan selalu kejang-kejang. Saya tak punya ide tentang mal praktek saat itu. Saya masih kecil. Masih bau kencur. Yang saya lakukan hanyalah menangis ketika mendapati Devi kejang-kejang.
Kalau disuruh memilih, adik yang paling saya sayangi adalah Devi. Devi adalah sosok yang menginspirasi saya. Meski Devi tak bisa bicara, tak bisa berjalan, bahkan makan harus disuapi, buang air harus dicebokin, dan mandi harus dimandikan, Devi tetap orang terdekat yang paling membuat saya kagum. Devi sempurna di dalam ketidaksempurnaanya.
Ketika saya mengalami kondisi ketidaknyamanan akan suatu kondisi, bayangan devi akan selalu datang. Saat itulah saya akan menangis sejadi-jadinya. "Bagaimana mungkin saya tidak mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan?" Devi saja mampu bersabar. Kenapa saya harus mengeluh?
Satu-satunya alasan saya tidak banyak menceritakan Devi ke orang lain adalah, saya paling tidak suka diibakan. Seakan-akan Devi itu tidak sempurna. Saya tidak suka mendengar kata-kata, "Wah, kasihan sekali ya Adikmu, Al." Saya tidak suka! Saya benci dengan kata-kata itu! Devi adalah adik yang paling saya sayangi. Ungkapan itu tidak lebih dari penghinaan buat saya.
Oleh karena itu, saat saya ditegur bahwa "Cacat" bukanlah sebuah candaan. Saya langsung tersentak diam. Ada banyak hal yang berkecamuk di otak saya. Termasuk, "Saya lebih tahu dari kalian teman-teman, bagaimana rasanya punya adik yang mengalami keterbatasan. Sedangkan, saya nggak bisa berbuat apa-apa"
Oleh karena itu, saat saya ditegur bahwa "Cacat" bukanlah sebuah candaan. Saya langsung tersentak diam. Ada banyak hal yang berkecamuk di otak saya. Termasuk, "Saya lebih tahu dari kalian teman-teman, bagaimana rasanya punya adik yang mengalami keterbatasan. Sedangkan, saya nggak bisa berbuat apa-apa"
Sudah banyak usaha dilakukan oleh orang tua saya. Secara medis. Terapi. Bahkan pengobatan alternatif. Wallahu'alam. Allah memilihkan jalan lain untuk Devi. Mungkin dengan demikian, Devi tetap terjaga kesuciannya dari dosa. Semoga Allah tidak akan mencelupkan bahkan sehelai rambutnya ke Neraka. Ya Allah, sesungguhnya hamba-Mu itu tak pernah melakukan dan mengerti tentang dosa. Dan dia adalah suci.
Sampai saat ini saya masih trauma menonton tayangan yang memperlihatkan disabilitas seseorang. Meskipun mungkin niatnya adalah merangsang kepekaan sosial. Bagi saya itu menambah trauma. Saya selalu mengganti chanel. Saya bisa nangis seharian kalau nonton tayangan itu. Apalagi, kalau bukan memikirkan Devi.
Saya percaya keajaiban. Meskipun umur devi kini beranjak 13 tahun. Seharusnya, dia sudah kelas 2 SMP. Sudah malu-malu mengenal cowok. Sudah wajib shalat. Bahkan secara siklus mungkin dia seharusnya sudah menstruasi. Saya percaya kepada keajaiban. Tiada yang mustahil bagi Allah.
Dalam keajaiban mengandungnya nabi Isa as. oleh Maryam yang tidak disentuh oleh seorang lelaki pun, Q.S Maryam ayat 21 menerangkan:
Artinya, "Dia (Jibril), berkata "Demikianlah Tuhanmu berfirman, 'Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikannya suatu tanda (kebesaran Allah) bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan."
Pun kalau Devi tidak sembuh, saya tahu Devi memiliki ketabahan hati yang lebih dari siapa pun yang saya kenal di muka bumi ini. Ini yang menjadikannya sempurna. Ini yang insya Allah akan menolong orang tua saya di akhirat kelak.
Wallahu'alam bishowab.
untuk devi,
Dari abangmu yang sangat menyayangimu.
*semoga kamu bisa baca tulisan ini. :'( Doain abang bisa bikin panti rehabilitasi ya, Dek. :)
Kakak Luar biasa!!! Devi juga! :)
BalasHapussuka di bagian ini:
BalasHapus'She is perfect in her imperfectness' :)
ente orang mana sih Kak? namanya Devi Jawa bets! Kece!
kok aku suka banget yaa baca post ini...
BalasHapuskakak yg menyayangi adiknya setulus hati itu...keren :)