Saya Tidak Peduli dengan Politic



"Akan datang kepadamu masa penuh tipu daya, di mana orang-orang akan mempercayai kebohongan dan mendustakan kebenaran. Pada masa itu, ruwaibidlah akan berbicara. Mereka bertanya, "Dan apakah itu ruwaibidlah?” Rasulullah berkata: Ruwaibidlah adalah orang-orang bodoh, (yang berbicara) tentang urusan umat." (HR. Ibnu Majah, dari Abu Hurairah ra).

Sahabatku yang tulus, ternyata memang, Rasulullah selalu mengingatkan kita akan kegelisahannya di hari ia tiada lagi ada di bumi secara fisik. Ruwaibidlah itu sudah ada, bahkan sesaat rasulullah wafat, ruwaibidlah-ruwaibidlah itu semakin banyak. Mereka memperebutkan tongkat kepemimpinan Rasul dengan mengatasnamakan umat Islam. Padahal disana masih berpijak sahabat-sahabat terdekat Rasul yang jelas derajat keimanannya dijamin langsung oleh Allah.

Bukankah ruwaibidlah itu sering kita lihat, sahabat? Mereka yang menyorak-nyorakan kepentingan rakyat, sembari menyakukan tangan kirinya yang menggenggam emas. Sedangkan kita sibuk dengan urusan sendiri. Tak peduli. “Persetan dengan politik.” “Benci dengan politik.” Atau apalah itu. Kita seakan-akan hanya mengharapkan perubahan terjadi begitu saja. Kata yang lebih tepatnya: keajaiban. Mustahil, sahabat. Keajaiban itu tak akan pernah ada tanpa usaha. Tanpa berpikir. Tanpa memperbaiki.
 
“Akan ada para amir (pemimpin), maka kalian (ada yang) mengakui perbuatannya dan (ada yang) mengingkarinya. Barangsiapa yang mengakui perbuatannya (karena tidak bertentangan dengan hukum syara’) maka dia tidak diminta tanggung jawabnya dan siapa saja yang meningkari perbuatannya maka dia selamat. Tetapi siapa yang Ridha (dengan perbuatannya yang bertentangan dengan hukum syara’) dan mengikutinya (maka dia berdosa). Para sahabat bertanya: “Apakah kita tidak memeranginya, Ya Rasulullah?” Rasul menjawab: Tidak selama mereka mendirikan shalat” (HR. Muslim dari Ummu Salamah ra)
 
Islam menetapkan fardu kifayah untuk mengoreksi pemimpinnya, namun ketika ada yang salah dengan pemimpin itu, sudah menjadi wajib bagi umat muslim memperbaikinya. Hati-hati sahabat dengan ungkapan, “Saya tidak peduli dengan politik.” Bahasa sederhananya, kita memang punya prioritas masing-masing, tetapi mengoreksi pemerintah dengan cerdas adalah kewajiban kita. Untuk itulah, setiap rakyat wajib memiliki pengetahuan tentang politik. Mau tidak mau.
 
Saya pikir, pemikiran dasar Islam adalah berserah dirinya kita kepada Sang Khalik. Menerapkan ketauhidan. Dan menyebarkan kebaikan. Jikalau memang ada yang salah dengan pemerintah kita, bantulah dengan cara yang cerdas. Tidak harus di perangi, selama tidak bertentangan dengan hukum syara’. Sehingga dengan demikian, ruwaibidlah-ruwaibidlah itu sangat kecil kemungkinannya untuk berkuasa.
Pemimpin harus menerima kritikan dengan bijak; masyarakat mengkritik dengan cerdas.

Wallahu’alam.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Instagram

Populer

Kategori

AEC (6) Aksel Zoo (3) Asean (2) bima (1) buku (3) CAFTA (2) cerpen (4) cool (1) curhat (5) election (1) Experience (17) Filsafat (2) fotografi (5) history (2) hobby (7) Ilmu (2) indah (1) indonesia (13) industri (4) inspirasi (18) islam (3) joke (1) Kebudayaan (12) kenangan (1) kritisi (22) Leadership (20) mahesa (17) marketing (3) Moral (49) movie (1) pendidikan (4) Pergerakan (14) photography (1) pilpres (2) politik (1) prinsip (12) quote (4) sejarah (4) share (71) Shuttlers (1) thailand (13) tokoh (3) travel (4)

Pengunjung

Pengikut