Membangun ketangguhan & militansi nabi muhammad saw dengan penyampaian umum atau promosi gagasan (tabligh), pengajaran dan pendidikan (ta’lim), pembinaan (takwin), pengorganisasian (tandzim), pelaksanaan (tanfidz) dan memastikan hasil-hasil pencapaiannya dalam bentuk: pengetahuan (ma’rifah), kesadaran dan ideologi (fikroh), praktis atau kegiatan amal, dan merapatkan barisan gerakan (harakah). kesemuanya merupakan perjuangan panjang yang memerlukan keyakinan kuat serta kesabaran, selain juga manajemen yang profesional dan kepemimpinan yang kuat. Kepemimpinan profetik bekerja dan berkarya dengan tiga pilar di atas untuk: meraih pencerahan (intentionalism), menyeru khalayak pada jalan pencerahan (actionalism), membangun masyarakat dan institusi yang menjadi kekuatan pembawa pencerahan bagi masyarakat dan institusi lain.
Selain karakter lemah lembut yang menjadi penembus kerasnya hati, faktor cara menyampaikan pesan itu sendiri juga perlu diperhatikan, seperti dalam QS An Nahl [16]: 125) yaitu “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Seperti kata hukum yang berfungsi menghalangi terjadinya penganiayaan, hikmah adalah sesuatu yang bila digunakan atau diperhatikan akan menghalangi terjadinya keburukan atau kesulitan atau sebaliknya mendatangkan kebaikan dan kemudahan. Unsur tepat dan proporsional sesuai dengan orang, tempat, dan waktu.
Pelatihan spiritual seperti dalam QS Al Muzzammil [73]: 1-14 yang artinya: “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang ahri mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada Nya dengan penuh ketekunan. (Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar. Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang bernyala-nyala, dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih. Pada hari bumi dan gunung-gunung berguncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang beterbangan.”
Mengucapkan Salam Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh ketika saling bertemu, artinya adalah semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepadamu, seperti yang diajarkan rasulullah dalam hadits: “Demi Dzat yg diriku berada di tangan Nya, kalian tidak masuk surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman sehingga kalian saling mencintai, maukan kamu saya tunjukkan sesuatu yang apabila kamu melakukannya kamu akan saling mencintai? Sebarkan ucapan salam di antara kamu.” (HR Muslim). Saling memberikan hadiah pada berbagai acara yang baik. Praktik semacam ini dianjurkan oleh Rasulullah, “(Hendaklah) kamu saling memberi hadiah, maka akan saling mencintai.” (HR Abu Ya’laa). Mendirikan shalat berjama’ah, shalat Jum’at dan shalat Hari Raya, dan dianjurkan sesudah mendirikannya berjabat tangan, beramah tamah secara ma’ruf. Tidak saling menghina dan mencela, memanggil dengan sebutan yang tidak menyenangkan, mencari-cari kesalahan orang lain, mencari cacat dan privasi orang lain, berburuk sangka, dan menggunjing (ghibah). QS Al Hujurat [49]: 11-12. Saling menolong, mendukung, dan berkasih sayang, yang dinyatakan baik secara moral maupun materiil. Al Qur’an menyatakannya sebagai kewajiban di antara sesama orang beriman QS At Taubah [9]: 71. Solidaritas sosial dan gotong royong diwujudkan dalam bentuk ZISWAF dan aksi sosial lainnya. QS Al Ma’un [107]: 1-3 dan Al Balad [90]: 11-17.
Dimanapun tahap pembangunan sistem, prinsip yang menjadi karakteristiknya adalah: Ketuhanan (Rabbaniyyah), mengedepankan hukum Allah di atas segala hukum yg menjadi landasan segala peraturan. QS Al Ma’idah [5]: 50. Etis (Akhlakul Karimah), mendorong etika dan moral yg berati pula kesucian dan kebersihan dari segala keburukan. QS Al Baqarah [2]: 222. Realistis – Progressif (Al Waqi’iyyah), menjadikan kelenturan, fleksibilitas, dan keterbukaan sebagai persyaratan pengembangan kelembagaan dan sistem. Kemanusian / Humanistik (Insaniyyah), mendorong peningkatan kemanusiaan menuju tingkatnya yang paling luhur. QS Al Hujura [49]: 13.
FAKSI BINTANG #4 Just Do It!
4 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar